Sabtu, 23 April 2016

Bukan Bagaikan Mendekap Bulan



            Aku menyukainya sejak aku melihatnya. Itu adalah satu tahun yang lalu, sampai saat ini. Aku mendekatinya, bukan untuk bermaksud jahat. Aku hanya ingin mengenalnya. Lucunya, dia menganggapku bermain-main dengannya. Dia pikir, mana ada hubungan yang jelas yang di awali dengan perkenalan di dunia maya. Aku tahu ini gila, tapi semakin aku mengenalnya, aku semakin menyukainya. Dan yang paling gila adalah, kami sama-sama telah memiliki pasangan. Biar sajalah, pikirku, toh jodoh sudah ada yang mengatur.
            Selalu ada jalan menuju roma, begitu istilahnya bila ku gambarkan kisahku ini. Kurang lebih setelah satu tahun, aku semakin berani mendekatinya. Dia adalah orang Bandung. Dan saat satu tahun itu telah berlalu, akhirnya aku memiliki seorang teman yang juga orang Bandung. Aku banyak bertanya tentang kota mereka. Tapi sayangnya, temanku itu tidak tahu banyak tentang kotanya sendiri. Tapi tak apalah, setidaknya dia masih bisa membantuku. Saat itu, aku tidak banyak memberitahu tentangnya pada temanku itu. Aku hanya menyebutnya, seseorang. Tapi semakin lama, akhirnya dia tahu juga. Ya, mau bagaimana lagi ? lama-lama aku jadi sering bercerita tentangnya pada temanku itu. Dia pendengar yang baik.
            “kamu tolong kasih ke dia, ya !”
            “apaan nih ?”
            “hadiah lah. Aku harap hadiah ini bisa jadi doa buat dia. Tapi inget, jangan kamu buka isinya.”
            “iya, aku kasih. Gak akan aku buka. Tapi aku butuh kontak dia, kan belum kenal.”
            “ya udah, nanti aku kirimin kontaknya.”
            Selepas itu, aku hanya bisa berharap-harap cemas. Aku tahu dan aku sadar, semuanya memang terasa terlalu tergesa-gesa. Terlebih kami belum pernah bertemu satu sama lain sebelumnya. Dan lagi, dia masih memiliki kekasih. Sementara aku, hubunganku dengan kekasihku sedang dalam masalah. Aku ingin berpisah dengan kekasihku itu, secepat mungkin.
            Akhirnya, hari dimana temanku memberikan hadiahku padanya datang. Hari itu mungkin menjadi hari yang bersejarah di kehidupanku. Hari dimana menjadi awal yang baik bagi hubunganku dengannya. Temanku bilang bahwa dia dan kekasihnya baru saja berpisah sebelum temanku itu bertemu dengannya. Aku tahu ini jahat, tapi entah mengapa aku merasa senang.
            Baiknya, sejak saat itu hubungan kami semakin dekat. Kami sudah sama-sama berpisah dari pasangan kami. Dan aku sudah memiliki niatan baik dengannya, memiliki cita-cita yang tulus untuk bersamanya. Kami belum meresmikan hubungan kami dengan sebuah status, biarlah begini adanya dulu. Bukan bermaksud tidak serius, hanya saja, yang terpenting adalah kami sudah sama-sama mengetahui perasaan kami. Kami saling menyayangi, itulah yang terpenting.
            “kamu bilang, kamu mau dateng tiap bulan ke Bandung, Bang. Mau nengokin dia tiap bulan. Memang bulan April sudah ?”
            “hahahaha sebenarnya sudah. Dua kali malah ! Cuma gak ngabarin kamu. maaf ya. Kan waktu itu, kuota habis tea geningan.
            “wuaaaaah, parah nih gak ngabarin. Tapi biarin deh. Yang penting nengongkin. Jadi emang serius banget nih ya, ceritanya.”
            “iya atuh, kalau gak serius mah ngapain jauh-jauh dateng ke Bandung pake motor sendiri ?”
            “oh iya ya. Baguslah. Keren banget emang kamu, Bang. Kalau aku orang kaya, aku pasti udah kasih penghargaan sama selempang The Most Courageos Man in The World.”
            “oh, jelas atuh.

            “iya dong. Cewek mana gitu yang gak suka di perjuangin ? semua cewek, pasti suka kalo di perjuangin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar