Rabu, 30 Desember 2015

Badai Menjadi Nyata

haiiiiiii, hari ini author bakal ngepost cerpen yang sebenernya udah author tulis dari lama. Ini salah satu karya author yang author suka. Buat yang mau nyalin boleh kok, tapi sumber dan pengarang dicantumkan ya ! ^^ salam pena oranye *winkwink*

Detak jam yang berirama mengisi kekosongan kamarku, bunyinya semakin meresahkanku 
dari detik ke detik selanjutnya. Debar jantungku yang cepat juga ikut berkontribusi dalam menambah keresahanku. Atur nafasmu, tarik dan hembuskan, pikirku sambil mempraktikannya. Tanganku merambat menyentuh dada, sudah tak secepat tadi, pikirku lega.
            “baiklah,” kataku sambil menggenggam ponselku dan mengetik beberapa angka yang sudah kuhapal selama dua tahun belakang. Namun, lagi-lagi jariku berhenti menari ketika hendak menekan gambar telepon. Aku melemparkan ponselku yang langsung menyusup kedalam selimut.
            Lima menit kekosongan mengisi kamarku. Mendadak aku terlonjak kaget dan seketika aku tersadar bahwa aku melamun, ponselku berbunyi nyaring, ada sebuah panggilan. Aku segera menyambar ponselku, berharap itu panggilan dari seseorang yang hendak ku telepon, namun ternyata aku salah dan aku sadar kemungkinan itu mustahil.
            “hai,” seru sahabatku, Letta, ketika aku menjawab panggilannya. “bagaimana ? apa kau sudah meneleponnya ?” tanya Letta di sebrang sana.
            “belum.”
            “belum ? kau ini bagaimana ? katanya kau akan jujur, apa kau sudah melupakan janjimu untuk mengakuinya?”
            “belum.”
            “belum ? lantas mengapa kau belum meneleponnya ? ayo cepat, keburu malam. Aku tahu pria suka bergadang tapi kurasa dia tidak seperti itu.” Omelnya seakan aku ini korban ketinggalan kereta.
            “baiklah,”
            “baiklah,” cibirnya menirukan suaraku. “pokoknya kau harus meneleponnya malam ini. Setelah itu, kau kabari aku. Aku tak ingin melihatmu begitu terus. Aku akan menutup telepon, semoga berhasil.” Setelah itu terdengar nada bip yang membuatku kembali merenung.
            Aku merebahkan diri dikasurku, aku memejamkan mata dan kembali merasakan debar jantungku yang sudah seperti seribu pasukan kuda sedang berlari. Aku melirik dua lembar kertas dengan gambar piano klasik yang merupakan tiket konser piano di salah satu universitas di kotaku. Aku menemukannya di dekat meja pengembalian buku ketika Badai mengeluarkan kartu anggota perpustakaan dan tanpa sengaja menjatuhkan tiket itu dari saku calananya. Aku baru akan berteriak mengingatkannya, tapi dia pergi dengan cepat bahkan sebelum otakku benar-benar berpikir untuk mengejarnya. Tiket itu ada dua yang berarti untuk dua orang, mungkin satunya lagi untuk kekasihnya, pikirku pahit. Setetes air mata mengalir dimataku begitu mengingat sosoknya, Badai, orang yang telah memporak-pondakan hatiku. Membuatku sulit berpikir tentang hal lain selain Badai dan semua yang telah disebabkannya padaku. Aku mengenalnya dengan baik, tapi dia tidak mengenalku, bahkan jauh dari kata cukup kenal. Aku tahu hampir semua tentangnya, karena aku selalu memperhatikannya. Sedangkan dia, kurasa dia hanya tahu namaku dan tampangku. Hampir setiap hari –kecuali hari minggu— kami bertemu di kafetaria di perpustakaan daerah. Aku selalu memperhatikannya, apapun yang dia lakukan hingga aku bisa mengenalinya dengan mudah. Dia seperti buku yang terbuka, hal-hal tentangnya dan kepribadiannya mudah kubaca, tapi tidak dengan pandangannya ketika tak sengaja kami saling bertatapan. Mungkin saat itu aku yang seperti buku terbuka –karena tak sampai lima detik dia mengalihkan wajahnya tanpa tersenyum padaku— padahal menurutku dia pria yang ramah.
            Aku merasakan leherku basah seperti sedang berkeringat, tapi ternyata bukan, itu air mataku yang menderas hingga membasahi leherku. Aku mengerjap dan saat itu aku mengakui bahwa aku mencintainya sejak pandangan pertama. Aku mengambil tisu dan melapnya. Setelah itu, aku kembali memegang ponsel. Ya, aku berniat mengembalikan tiket itu supaya dia bisa menontonnya dengan kekasihnya. Lagipula, tiket itu harganya mahal sehingga aku memang harus mengembalikannya.
            “baiklah, sekarang atau tidak sama sekali. Sekarang atau aku pencundang. Sekarang atau aku tak akan pernah hidup tenang. Sekarang atau sebelum aku menyesal.” Hiburku pada diri sendiri.
            Aku kembali menekan angka yang ternyata kuhapus saat nyaris melakukan percobaan pertama tadi, setelah menarik nafa panjang aku menekan gambar telepon itu.
            Dering pertama, kedua, ketiga, hingga terdengar suara petugas operator, teleponku tak diangkat dan aku tidak berminat untuk meninggalkan pesan suara. Aku memutuskan panggilan tersebut dan melemparkan kembali ponselku ke dalam selimut. Aku kembali merebahkan diri di kasur, lalu tanpa sadar aku tertidur.
            Aku tersentak begitu mendengar bunyi nyaring itu, nyaring yang panjang dan mengganggu tidurku. Terpaksa aku membuka mata, mataku menjajah seisi kamar dan pandanganku terpaku pada jam dinding yang menunjukan angka sembilan yang tandanya aku hanya tidur selama satu setengah jam. Aku mencari ponselku dan begitu menemukannya, ada satu voicemail dari kontak bernama Badai.
            Jantungku seakan tak mau berdetak lebih santai ketika memegang ponsel itu, setelah menarik nafas dan menghembuskannya, aku mendengar voicemail itu.
            “halo, ini Badai. Barusan nomer ini menghubungi saya ketika sedang menyetir, kalau ini darurat, silakan menghubungi saya kembali di nomor ini.” Begitu bunyi pesannya di mailbox-ku.
            Ini pertanda, ini sinyal, teleponku direspon ! Pikirku gembira, segera aku menghubungi nomor Badai kembali dengan penuh harap dan gugup yang membuat badanku terasa ngilu.
            “selamat malam,” suara itu terdengar hangat dan dalam, membuat lidahku kelu dan hanya ingin mendengarnya saja.
            “se-selamat malam, Badai,” balasku gugup dan pasti terdengar sangat bodoh.
            Ada jeda sejenak sebelum akhirnya dia menyahut, “ya, ada apa ?” tanyanya ramah.
            “aku.. aku ingin mengembalikan tiket konser Sound Of Classic, aku menemukannya ketika kau menjatuhkannya di meja pengembalian buku lantai tiga dua hari yang lalu. Tiket itu benar itu milikmu, kan ?” tanyaku lega ketika aku dapat mengucapkan kalimat itu dengan lancar walaupun aku masih sangat gugup.
            “ya, itu punyaku. Apa ada padamu ?”
            “ya,”
            “oh syukurlah, aku kira aku menghilangkannya. Jadi bagaimana aku bisa mengambilnya ?” dia terdengar senang sekali, membuatku meringis.
            “...”
            “hm.. bagaimana bila kita bertemu di kafetaria besok jam satu, apa kau keberatan ?” usulnya yang membuat jantungku berdegup tak karuan, dia mengusulkan pertemuan denganku ! yang benar saja, aku pasti bisa gila bila menolak.
            Aku mengangguk, “tak masalah.”
            “oke, kalau begitu terimakasih.” Lalu aku segera memutuskan panggilanku.
            Aku masih merasakannya, ribuan pasukan kuda yang berlari itu, masih terasa jelas di dadaku. Aku menatap ponselku dan rasanya aku ingin memberi ponselku hadiah atas kerja kerasnya.
            Aku membuka mata ketika merasakan cahaya yang menerobos masuk melalui celah mataku, membangunkanku dan segera menyadarkanku bahwa hari baru telah tiba. Hal pertama yang kurasakan adalah bahagia, kemudian semangat dan yang terakhir adalah aku tak sabar menanti jam satu siang nanti.
            Aku segera beringsut dari tempat tidurku kemudian aku membereskan rumah dan pergi mandi. Ketika selesai berpakaian, aku mendapati teleponku berdering.
            “selamat pagi, Ta,” sapaku riang. Oh, ternyata telepon Badai berdampak sangat baik untukku, meskipun aku akan menemuinya untuk mengembalikan tiket konser yang akan ditontonya dengan kekasihnya.
            “kau terdengar ceria sekali, mau berbagi denganku ?”
            “aku akan bertemu Badai jam satu nanti.”
            “itu bagus, akhirnya. Lalu apa kau akan jujur ?”
            Darahku seketika membeku, aku tak memikirkan itu, tepatnya tak sempat. Entahlah, mendengar ia begitu bahagia akan mendapat tiketnya kembali, rasanya aku tak memikirkan hal lain selain aku senang mendengarnya bahagia. Apa ia akan menghindariku bila aku menceritakan apa yang selama ini aku simpan tentangnya ?
            “halo, apa kau masih sadar, sobat ?” panggil Letta yang memang menyadarkanku.
            “entahlah,” desahku gelisah.
            “entah ? sudah sebaik ini kau masih bisa menjawab, ‘entah’ ? kini giliran aku yang harus mengatakan ‘entah’ karena entah apa yang ada di kepala cantikmu sehingga berani mengabaikan kesempatan emas.”
            “...”
            “ah benar, aku tau itu, amat sangat tau. Kau takut bukan ?” tebaknya tepat sasaran.
            “...”
            “kau pernah mengatakan ketakutan harus dihadapi. Tapi kau sendiri ? oh ayolah, menyerah hanya pantas untuk orang yang sudah berusaha. Mengerti ?”
            “baiklah,”
            “baiklah apa ?”
            “aku akan mencoba.”
            “itu bagus, dan jangan kau sampai lupa atau pura-pura lupa untuk mengabariku. Baiklah, aku harus pergi sekarang. Semoga berhasil.”
            Sepuluh menit sebelum pukul satu aku sudah duduk di kafetaria, menunggu Badai. Lagi-lagi jantungku tak mau berkompromi barang sebentar saja, terutama saat aku akan menghadapi Badai nanti. Aku ingin bersikap tenang dan santai, bahkan sempat terpikir untuk bersikap datar dan dingin, tapi aku pasti tak akan bisa. Aku terlalu senang dapat bertemu dan berbicang dengannya.
            Tepat pukul satu, aku melihatnya. Dia berjalan sambil memandang sekeliling. Ah aku lupa, dia pasti tidak mengenali siapa yang meneleponnya semalam. Bagaimana ini ? apa aku harus melambaikan tangan untuk memberi tanda ? setelah berpikir matang, mungkin hanya itu cara terbaik. Akhirnya aku melambai, dengan rasa cemas dan gugup yang membuatku berkeringat dingin.
            Badai melihatku yang masih melambai –aku tidak berani memanggilnya karena itu akan memalukan jadi aku hanya tersenyum— tapi semakin dekat denganku langkahnya terlihat semakin berat dan ragu, membuatku cemas setengah mati. Apa yang ia pikirkan, aku tidak tahu dan tidak berani membayangkan. Apa mungkin ia ketaku... stop ! dia tidak mengenalmu bodoh, kenapa dia harus merasa takut padamu ? omelku pada diri sendiri.
            Detik-detik selanjutnya terasa lambat, tapi aku melihat ada kilatan dimatanya dan langkah Badai terlihat ringan dan pasti. Aku bahkan berhalusinasi ia sedang tersenyum ke arahku.
            “hai,” sapanya padaku. “sudah menunggu daritadi ?”
            Aku menggeleng, “tidak, aku baru datang.”
            Aku kembali berhalusinasi ia sedang menghembuskan nafas lega, bahkan halusinaiku bertambah parah ketika dia tersenyum hangat padaku sambil menatapku.
            “jadi...”
            “ah iya, ini tiketmu. Maaf baru menghubungimu. Kau pasti cemas sekali.” Kataku seolah mengerti apa yang akan di katakannya. Aku bergerak duluan karena aku ingin menghindari sakit hati bila mendengar betapa ia mencemaskan tiket konsernya dan kekasihnya ada padaku.
            “ah, iya tak masalah. Lagipula acaranya masih dua hari lagi.” balasnya santai sambil terkekeh. Ya Tuhan, aku bahkan berkhayal mendengarnya tertawa. Aku pasti sudah gila.
            “apa kau baik-baik saja ? kau terlihat pucat dan... cemas.”
            Aku mengerjap. Ya Tuhan, aku bahkan berkhayal lagi dia mencemaskanku. Setelah ini aku harus ke psikiater untuk mengecek kesehatan mentalku.
            “kau tak menjawab ? apa kau baik-baik saja ? apa aku merepotkanmu ?” itu rentetan pertanyaan yang membuat air mataku berdesakan ingin keluar karena terharu, dan benar saja, aku bisa merasakan air mataku mengalir.
            Aku melihat Badai yang terlihat bingung. Tapi mana mungkin ? aku pasti sudah terlalu banyak berkhayal, atau mungkin yang lebih parah aku sedang bermimpi ? ah benar, mungkin aku memang sedang bermimpi.
            Aku menggeleng. Lebih baik aku memanfaatkan mimpi ini, pikirku yakin. “apa kau baru saja mencemaskanku ?” itu bodoh, aku tahu pasti itu tindakan bodoh.
            Badai mengerjap, “ya, ya tentu saja. Kau terlihat pucat, kau bahkan dari tadi terlihat cemas bahkan ketika aku tersenyum kau tak membalas. Apa aku merepotkanmu ?”
            Mimpiku melantur, mana mungkin dia mengaku dia cemas dan tersenyum padaku ? aku meringis mengetahui kenyataan itu. “kau tau, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tunggu, jangan menyela. Cukup dengarkan, aku tak ingin menyiakan kesempatan ini.” Kataku serius. Ketika kulihat dia tidak akan menyela dan setuju mendengar, aku melanjutkan. “begini, aku akan langsung saja. Aku menyukaimu, bahkan sepertinya aku mencintaimu. Kau membuatku seperti orang gila. Aku bahkan tidak mengerti kenapa aku memilih mengembalikan tiketmu dan kekasihmu, kenapa aku bermimpi seindah ini, kenapa aku mengatakan ini padamu, aku sungguh tak mengerti. Yang aku mengerti hanyalah aku ingin pikiranku kembali normal dan hidupku tenang. Bertemu denganmu setiap hari, mengamatimu seperti aku mengamati tumbuhan, membuatku kehilangan akal sehat untuk menyelesaikan masalah seperti ini.”
            Dentingan sendok membuatku menoleh cepat ke arah suara itu. Apa mimpi bisa menghasilkan suara benda ? pikirku heran. Setelah itu, aku melihat seorang pelayan mendatangi mejaku sambil membawa sepiring banana split yang ia letakan di atas meja. Apa aku baru saja memesan makanan ini ? aku bahkan bisa mencium harum strawberry dan melihat pelayan itu tersenyum padaku. Ini aneh, aku tidak mungkin memimpikan seorang pelayan yang tersenyum bukan ?
            Aku menatap Badai yang sedang serius menatapku. Apa yang ia pikirkan ? apa yang sebenarnya...
            “apa kau sudah selesai bicara ?” tanyanya, membuatku mengerjap dua kali sebelum mengangguk. “baiklah, sepertinya ada yang harus kuluruskan disini dan sepertinya aku sudah bisa memahami kegelisahanmu.”
            Aku hampir tertawa mendengar ia mengatakan ia memahami kegelisahanku, yang benar saja ? mimpi ini ternyata bukannya membantu malah menyiksaku.
            “apa kau berpikir ini mimpi ?” tanyanya membuatku tersentak seketika. Ya, tentu saja aku berpikir ini mimpi, kejadian seindah ini tak mungkin adalah kejadian nyata. Jadi aku memutuskan mengangguk. “baiklah, aku hanya ingin membantumu, kau mengerti ?”
            Aku bingung, walau begitu aku mengangguk lagi.
            “kau sedang tidak bermimpi.”
            “apa ?”
            “ini kejadian nyata. Semuanya.” Kemudian Badai menggenggam erat tanganku, membuatku seperti merasakan sengatan listrik. Tapi tunggu, aku tak akan langsung percaya, mungkin saja sentuhan ini milik ibuku yang sedang berusaha membangunkanku. Ya, pasti begitu.
            “aku tak percaya.” Balasku tegas.
            Badai tersenyum geli. Ya Tuhan, dia semakin tampan bila tersenyum seperti itu. “baiklah, aku akan memberimu bukti lain.” Kemudian dia menyendokan es krim banana splitku ke mulutku. Dan setelah itu aku merasakan dingin es strawberry di bibirku yang terkatup oleh suapan es itu, aku bahkan bisa merasakan rasa strwberry itu. Tubuhku menegang, sepertinya Badai benar, aku tidak sedang bermimpi. Aku mulai takut dengan imajinasi yang dibuat otak kananku.
            “kau percaya sekarang ?” tanyanya, membuatku mengangguk saja lebih untuk memastikan. Bila ini terbukti tidak nyata, aku siap menangis sepanjang hari begitu terbangun dari mimpi. “baiklah, karena kau sudah percaya dan sadar, kini giliranku yang berbicara.”
            “apa ? kau ingin bicara apa ?” tanyaku cemas.
            “kau salah paham tentang tiket ini.” Katanya sambil menggeser satu tiket di tangannya ke arahku. “tiket itu bukan untuk kekasihku, sebenarnya aku tidak tau bagaimana aku harus menyebutnya, yang jelas ia bukan kekasihku. Mungkin belum.” Katanya, membuatku tak paham dan merasa dadaku sesak, aku memandang tiket di depanku dengan bingung. “itu untukumu.” Katanya sambil tersenyum manis.
            “apa ?”
            “kau mendahuluiku untuk mengatakan apa yang ingin kukatakan padamu. Aku takkan mengatakan ‘aku juga’, tapi aku akan mengatakan bahwa aku selalu memperhatikanmu dan tak pernah bisa berhenti melakukannya. Aku memikirkanmu seakan tak mau memikirkan hal lain selain kamu. Aku ingin mendekatimu tapi kau selalu menghindariku. Aku hampir menyerah tapi aku tak mau. Kau membuatku frustasi dan semakin frustasi ketika kau sama sekali tak tersenyum padaku.”
            “hei, tunggu, aku tersenyum padamu ketika aku melambai.”
            “kau meringis, aku melihat itu jelas.”
            “baiklah, tapi kau bilang apa tadi ? aku membuatmu frustasi ? hahaha.. apa aku membuatmu terganggu ?” tanyaku gusar.
            “tidak, bukan karena itu. Tapi karena aku senang ternyata perasaanku tak bertepuk sebelah tangan.”
            “apa maksudmu ? tunggu, kenapa kau jahat sekali ? bisakah kau tidak membuatku berharap meskipun ini hanya mimpi ?” tanyaku mulai jengah dan diliputi rasa sesak. Mimpi ini ternyata jahat.
            “aku mencintaimu.” Badai berkata jelas dengan nada yang lugas, serius, tulus tegas.
            “apa ?”
            “apa aku harus mengatakannya lagi ?”
            “apa aku tidak salah dengar ? kau bahkan tak mengenalku. Sementara aku, aku mengenalmu dengan baik Badai. Ini menyedihkan.”
            “kau menyukai musik klasik maka dari itu kau selalu berada di lantai tiga untuk menemukan buku-buku tentang musik klasik, kau menyukai cappuccino dengan sedikit gula dan banyak krim, kau menyukai catur dan basket, kau selalu membaca di perpustakaan hingga tertidur, kau suka anak kecil, kau mahasiswa semester dua, motormu matic putih dengan stiker biola di depannya, kau mempunyai sahabat bernama Letta dan kau... kau begitu sulit kubaca.” Jelasnya hingga membuatku menganga karena terlalu terkejut. Darimana ia tahu semua itu ?
            Beberapa detik berlalu tanpa ada yang bersuara, hingga akhirnya aku mendengar dan merasakan ponselku bergetar di saku celanaku. Ya Tuhan, sepertinya aku memang tidak bermimpi, aku juga bisa merasakan angin yang berhembus hingga membuat bulu kuduku meremang. Aku membiarkan ponselku berhenti berdering dengan sendirinya. Kalau memang ini bukan mimpi, aku pasti sudah mempermalukan diriku tadi di depan Badai. Oh, tindakan bodoh apa lagi yang telah aku perbuat ? aku menggebrak meja dan berdiri, hingga membuat Badai terkejut. Detik selanjutnya aku merasakan perih di tanganku. Ya, aku akui sepenuh hati sekarang, aku tidak sedang bermimpi. Aku benar-benar malu sekarang, aku sudah mengakui semuanya di depan Badai. Dia sekarang pasti jijik padaku.
            “kau kenapa ?” tanyanya cemas sambil memandangku.
            “berhenti memandangku seperti itu, aku... aku tidak tahu apa yang telah aku perbuat. Aku mempermalukan diriku dengan mengakui semuanya di depanmu, kau pasti akan menghindariku.”
            “hei, apa kau tidak mendengarku tadi ? berapa kali aku harus mengatakan dan menyakinkanmu bahwa aku juga menc...”
            “kau bahkan tidak tau namaku, Badai.”
            “tentu aku tahu, bahkan hal itu yang pertama aku ketahui. Oh, apa kau masih tidak percaya juga ?” kemudian dia menyerahkan ponselnya yang menujukan sebuah kontak dengan namaku tertera di atasnya. Ternyata dia benar. “kau percaya sekarang ?”
            “berhenti, ini mulai kelewatan. Aku hanya ingin mengembalikan tiketmu padamu, tapi... aku malah membocorkan semuanya dan mempermalukan diriku.”
            Lalu tanpa kusangka Badai berdiri dari kursinya, menghampiriku dan memelukku. Pelukannya begitu hangat dan terasa benar. Aku tidak tahu mana yang lebih parah, merasa diriku murahan karena mau-maunya di peluk oleh lelaki yang tiba-tiba mengaku bahwa ia juga mencintaiku atau mempercayai ucapannya yang terasa mustahil di telingaku.
            “aku tau mungkin ini terlalu cepat, aku juga tak menyangkanya. Tapi mendengarmu mengatakan itu semua, mengatahui bahwa ternyata selama ini aku tidak sendiri, membuatku merasa yakin bahwa aku telah sampai di tujuanku. Aku bersungguh-sungguh.” Katanya di sela-sela pelukannya. Kemudian, dia melepaskan pelukannya. “bagaimana dengamu ?”
            Aku mengerjap dan tampangku pasti terlihat bodoh. Aku senang, senang sekali, mendengar ucapannya yang terdengar tulus. “apa kau serius ? kau juga begitu padaku ? apa.. sungguh ini bukan mimpi ?”
            Kedua tangannya menepuk pipiku. “tentu saja bukan. Ini nyata dan semua yang kukatan adalah benar. Jadi bagaimana ? kau mau datang ke konser itu denganku ? aku belum tau apa aku akan pergi kesana dengan kekasihku atau denganmu, aku belum mendapat konfirmasi yang jelas.” Katanya menatapku dengan penuh arti.
            Jantungku, lagi-lagi jantungku berdentum kencang hingga aku takut badai akan mendengarnya. Aku tidak menyangka dengan kejadian hari ini, ini sungguh kejutan. Aku juga belum tahu harus mengatakan apa, yang jelas aku senang, bahagia, yakin dan merasa pasti sekarang. Aku tidak sedang bermimpi, jadi aku mengatakan, “ya, aku akan pergi denganmu Badai.”

            Badai yang telah memporak-porandakan hatiku. Lirihku bahagia.

Written by :

Sunny

Hai Chipmunk ! ( the last sequel !)

                   Hai gengs. ini adalah akhir dari sequel cerita Hai Chipmunk. To be honest juga kayanya aku salah kasih judul karena pada kenyataannya aku udah gak pernah panggil Alvin dengan sebutan Chipmunk lagi. Sekarang aku panggil dia Pinipiiin, dengan tigas huruf I berjejer di bagian akhirnya. Kalau kalian tanya alasannya kenapa, aku sendiri tidak tau karena panggilan itu begitu saja spontan aku sematkan padanya. Mungkin karena aku orang Sunda, jadi lebih enak menyebut V menjadi P hahahaha =D oh iya, sebelum ke cerita, harap waspada intermeso berterbangan.
            Selama mengenal Alvin, jujur saja aku tidak tau banyak tentangnya. Dia tidak pernah mempromosikan atau membagus-baguskan (?) dirinya padaku. Bagaimana dengan kebalikannya ? well, terkadang aku suka bersikap konyol untuk mengenalkan diriku padanya. Pernah aku menjadi Lilo (ceritanya kembaran Lily. Dia gak bego kok, dia percaya kalo itu tetep Lily yang ngobrol sama dia) karena saking gabutnya aku saat itu. Aku berpura-pura menjadi Lilo dan menceritakan apa yang Lilo tau tentang Lily. Jujur saja, aku merasa konyol sekali saat itu. Hmm.. tapi sebetulnya itu bukan inti dari Hai Chimpmunk #3 ini. disini aku bakal lebih nyeritain tentang the beginning of our story *tutup muka* (ciyeee ciwiwit) :$
            Tidak banyak yang aku ketahui tentang Alvin. Baiklah.. aku akan mulai dari namanya. Namanya Alvin Averoes. Bila kamu baru saja mengejanya dengan Alvin Ave-ros, maka kamu salah. Alvin bilang kalo nama belakangnya dieja Averus. Saat itu aku hanya tertawa. Hey Alvin, kamu pasti bercanda. Kataku. Menurutku, nama dia itu tidak Indonesia sekali ! lalu aku bilang padanya, “dulu, ibumu naksir siapa ? nama belakangmu keren juga.” setelah aku berkata seperti itu, dia bercerita. Kau tahu, dia jarang sekali bercerita padaku. Setiap dia bercerita, aku selalu senang bukan main. Aku selalu siap mendengarkan ceritanya. Dia bilang, “sebenarnya nama itu dari Oomku dulu. Nama yang simpel. Di ambil dari seorang ilmuwan Arab yang bernama Ibnu Ruysh tapi diucapkan dengan cara pengucapan orang Eropa saat perang salib. Kaya Ibrahim jadi Abraham. Daud jadi David.”
            Alvin bukan tipikal orang yang banyak bicara. Dia sungguh cuek, tidak peka dan tidak romantis. Dan dia mengakui itu semua padaku. Hey, bukan berarti dia tidak perhatian padaku ya ! dia perhatian dan tetap bersikap hangat. Kau tau, dia mengaku tidak romantis, padahal menurutku kadang dia tidak sadar saja kalo dia sedang bersikap romantis. Aku bahkan terkadang suka cengar-cengir sendiri saat dia bersikap begitu. Lalu aku berkata padanya, “kamu bilang kamu gak romantis, padahal kamu cuma gak sadar aja kalo lagi romantis.” Setelah itu, dia pasti bertanya dengan pertanyaan yang membuatku gemas namun semakin menyayanginya. Tanyanya, “maksud kamu, Say ?” lalu aku pasti hanya akan tertawa lagi dan menggeleng. “nggak, bukan apa-apa.”
Kamu juga harus tau kalau dia gak pernah gombal. Ya, menurutku begitu. Dia memang tidak pernah gombal. Lagipula aku tidak suka di gombali, menggelikan. Pernah suatu ketika, waktu itu dia sedang ada acara dengan teman-temannya, lalu dia mengirimkan chat di Line. Hari itu siang, biasanya kami jarang bicara kalau siang hari. Aku menaruh rasa curiga sedikit padanya, tapi aku senang. aku tanya, “ada apa, Vin ?” lalu dia bilang, “nggak, aku lagi diluar, say. Ada acara sama temen.” Setahuku, cowok suka sekali kalau lagi kumpul bersama temannya. Akupun begitu sih. Lalu akhirnya aku bilang padanya, “ohh bagus dong, kenapa kamu gak gabung ?” dia jawab, “temenku bawa pasangan semua.” Sekalimat jawaban itu mampu membuatku mengerti. Lalu dia menambahkan, “aku kan punya kamu. jadi mendingan aku ngobrol sama kamu daripada bete.” Well, aku tau pasti tidak ada yang istimewa dari kalimat itu. Tapi menurutku, itu kalimat tergombal yang pernah dia katakan padaku. Lagi-lagi aku tertawa. Dan setelahnya, kami bicara panjang lebar dan ngalor ngidul.
Kami jarang ribut. Semoga tidak sampai, sih. Biasanya aku yang suka ngajak dia ribut karena dia cuek padaku. Aku sering menggodanya supaya dia bisa sedikit jengkel padaku, tapi dia tidak pernah marah, tidak pula jengkel. Dia malah berkata, “aku percaya sama kamu kok. Kalo kamu sayang sama aku, kamu pasti gak akan kaya gitu.” Kau tau ? menurutku itu adalah sisi romantis Alvin. Tidak ada yang spesial, tapi mampu membuatku cengar-cengir dan merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku. Kau tau Alvin, aku juga percaya padamu. Dia bisa bersikap dewasa, buktinya dia tidak pernah ambil pusing dengan tindak-tandukku diluar. Aku pernah bilang padanya, “Vin, aku dating dulu ya !” lalu dia bilang, “oke, say. Sama siapa ? jangan nakal ya.” Aku hanya tersenyum, lalu aku bilang bahwa aku tidak dating, aku hanya pergi bersama temanku. Tuh kan, sulit bukan membuat dia marah ? padahal aku ingin sekali dia menegurku atau gimana. Terkadang aku berpikir, apa dia benar-benar menyayangiku ? well, aku tidak perlu meragukannya. Aku sudah tau dan mengerti. Dia hanya tidak pandai mengungkapkannya. Kurasa aku juga begitu.
            Vin, kamu tau ? kadang kamu nyebelin, nyebeliiiiiiiiin banget ! kadang aku suka sampe pingin nangis. Tapi kamu pasti bisa bikin aku ketawa ngakak lagi sama semua lelucon kamu, kelakuan konyol kamu. Aku tau kita gak suka gombalan, dan aku sadar ini gombal, tapi aku gak paham kenapa aku juga gak bisa marah sama kamu, Vin ! aku juga kadang gak ngerti kenapa justru kamu yang aku suka. Kamu tau, aku selalu berharap punya cowok setampan Oh Sehun, sekaya Bill Gates, sekeren Thomas Brodie-Sangster, sehebat Park Chanyeol dan sepintar Rain. Tapi aku tau itu gak mungkin karena mereka belum tentu bikin aku jingkrak-jingkrak kaya tiap aku ngobrol sama kamu. Tuhkan, aku lagi yang gombal -__-

            Sebenernya, banyak yang bisa aku ceritain ke kalian tentang Alvin. Tapi dia gak begitu suka di ekspos. Banyak hal yang bikin aku selalu merasa senang saat aku bicara dengannya. Tapi bukan berarti aku gak pernah bete dan sebel ya sama Alvin, itu juga sering kok. Tapi, bukankah setiap hubungan yang baik harus di landasi kepercayaan dan jaga dengan komunikasi yang baik ? tentu saja. Kalau kalu bertanya apa aku menyayanginya, ya, tentu saja. Lalu bagaimana dengan sebaliknya ? aku tak akan menjawabnya. Kau tanyakan sendiri saja pada Alvin. Lalu, apa hubungan kami aneh ? ya. Tapi aku tak peduli. Aku senang dengan semua ini. Itu nilai pentingnya bukan ?

Sabtu, 26 Desember 2015

I'm Your S

Selamat pagi ! ^^ pagi ini author udah bangun dari jam setengah enam dan tidak memutuskan untuk tidur lagi karena sakit badan. Author habis cek Line – berharap ada Line dari Alvin yang tega ninggalin author dengan cara tidur duluan – tapi isinya cuma spam dan chat kereta dari grup anime, yappari -__- sebenernya pagi ini author cuma mau intermezzo sedikit aja sih, sebelum kita lanjut ke cerita Hai Chipmunk ! dan Monic’s Story of The Day yang sebenernya aku udah males lanjutin, wkwkwk. (please banget ketawa yang “wkwkwk” itu gara-gara aku ketularan Alvin --”)
Hari ini ayah author ulang tahun. Yeeeeay, saengil chukkae abeoji ! neomu-neomu saranghae ({}) tapi sebenernya intermezzonya bukan itu sih. Soalnya abeoji bilang kalo lagi ultah abeoji gak mau di rame-ramein. Ih, abeoji tau aja kalo uang jajan adeul-nya sedikit hehehe =D
Hey, kembali ke lap-top ! aku bakal langsung intermezzo (jadi daritadi intermezzonya belum, thor ? belum hehehe). Nah, jadi gini lho, pagi ini tuh author tiba-tiba teringat cinta pertama author *tutup muka* (baca : ceilaaaah cinta pertama !). Gara-garanya, waktu UAS matkul Speaking for Argument – yang dipimpin oleh King Uday – author kebagian tema tell about you first love. Jadi baper kaaaan ?? banyangin perasaan author gimana ! *hiks* kalo boleh jujur sih, dia mah bukan author’s first love, BUKAN ! Cuma pas author tanya memet author yang namanya Asti, dia bilang kalo first love itu gak berarti harus cinta yang pertama kali kamu rasain banget. Kaya pas SD gitu, itu mah cinta monyet namanya ! =)) canda deh hahaha, yaa.. pokoknya gitulah. Cinta pertama itu, menurut Asti dalam bukunya yang berjudul Cintaku Bersemi di Ujung Semester Tiga (hahahaha), adalah suatu perasaan cinta yang paling kuat dan lama yang kamu rasain sama seseorang sampe kamu tuh yakin kalo dia itu cinta sesungguhnya yang kamu rasain. Nah, gitu, paham ?!
Sekarang kembali ke lap-top ! mm... mungkin aku bakal sebut namanya, beberapa sobat dan memet author juga pasti gak asing lagi sama nama ini kalo mereka sampe ngepoin blog ini. Sebut saja Farhan, karena memang itu namanya. Ah, nama itu sudah bersarang selama bertahun-tahun lamanya. Tau gak ? author suka sedih sebenernya kalo bahas dia, tapi kalo bukan karena Farhan, rasanya gak mungkin laptop kesayangan author ini dipenuhi dengan tulisan-tulisan galau dan cozy karya author. Farhan itu, bagai tinta dan author adalah penanya hihi :$ semuanya yang tentang Farhan itu, pasti jadi tulisan bagus buat author ! mau lirik lagu, puisi, cerpen sampe novel yang author bikin isinya tentang Farhan semua ! bayangin, betapa galaunya kalian kalo jadi author tiap buka laptop sama HP isinya tentang cinta pertama kamu semua. Bahkan, foto si bias tersayang di HP gak sebanyak foto doi.
Sebenernya ada sedikit filosofi kenapa nama pena author adalah Sunny. Sunny dalam bahasa Inggris artinya cerah dan gembira. Sunny juga digambarkan seperti cahaya matahari. Matahari warnanya jingga. Author suka warna jingga dan suka matahari. Awalnya sih karena alasan itu semua kenapa author pilih Sunny sebagai nama pena. Tapi, setelah mengenal Farhan, kalian tahu lagu Sunny yang oppositenya Cinta Pertama, yang dinyanyiin sama BCL ? nah, dari situ juga kenapa author makin suka sama nama Sunny. Lirik lagu Sunny dan video klipnya itu author banget ! saking galaunya tiap ngenang Farhan, author suka pingin nangis kalo denger lagu itu *crack ! </3* untung sekarang author lagi gak denger lagu itu, kalo sampe iya, pasti tulisan ini bakal cuma sampe di titik ini. Dan setelah itu, kalian bakal liat tulisan tergalau yang pasti saat ini juga author ketik di laptop author.
Farhan itu, kalau kalian mau tau perwujudannya, author bakal deskripsiin. Selain karena sebagai penggambaran, bagian mendeskripsikan wujud si doi adalah hal yang paling menyenangkan. Farhan itu, matanya gak begitu sipit, tapi ujung matanya itu lancip. Dahinya luas tapi keliatan pas banget di mukanya. Gak lebar kaya gunung-gunungan gambaran anak SD ya. Saking lancipnya mata dia, pandangannya itu selalu tajam. Tapi ada saat dimana pandangannya itu hangat dan teduh. Kalau kamu liat dia sekali, kamu pasti bilang dia jutek dan angkuh hanya dari tatapan matanya. Padahal mah dia gak gitu, dia ramah kok. Terus aslinya hitam, tebel, panjang dan rapi. Hidungnya, mancung. Rambutnya terpotong rapi. Pipinya tirus. Sementara bibirnya tipis dan merah pucat. Seperti itulah wajah Farhan, dia itu sangat tampan. Sampai aku ingat kalo Fitri, sahabatku, bilang “aku gak suka sama cowok kaya Farhan, dia ganteng. Takutnya cepet bosenin kalo diliatin terus.” Well, itu pendapat Fitri, buat aku, mandangin wajah Farhan itu gak akan bosen. Dia punya senyum yang berbahaya tapi bagus. Kalo ketawa, matanya suka menyipit dan mulutnya gak di buka lebar. Bahkan beberapa kali aku lihat kalau dia menutup mulutnya saat tertawa. Hebat bukan ? Farhan memiliki tubuh yang tinggi dan proposional. Kulitnya coklat madu. Pokoknya, dia terlihat pantas sekali dengan dirinya sendiri.



Kami kenal di ekskul basket SMA kami. Dia adalah adik kelasku. Awalnya, dia tidak mencolok dimataku. Tapi setelah kuperhatikan, entah kenapa kegalauan di hati author memudar dan author siap move on saat itu juga ! sejak saat itu, author menjadi stalkernya Farhan. Diam-diam mencari tahu kesukaannya, temannya, lingkungannya, latar belakangnya, bahkan love life-nya author cari tahu ! susahnya suka sama Farhan itu karena dia tampan. Dan cowok tampan pasti banyak yang suka. Sedangkan si tampan sendiri, sukanya sama orang lain *crack ! </3* author sih gak nampakin banget, justru author sangat menutupi perasaan author selama bertahun-tahun sampai sekarang di hadapan dia. Pernah satu kali author mau jujur, tapi kesempatan itu gagal dan gak pernah datang lagi. Tiap Farhan ulang tahun, author pasti ngucapin. Padahal tiap author ultah, Farhan gak pernah ngucapin. Well, mungkin karena dia gak begitu mengenali author kali ya ! :’) Dan di tahun pertama author kenal dia, author diem-diem kasih dia kado ulang tahun. Kadonya itu tumbler bening dengan tutup warna biru. Kalo kalian mau tau, author itu jahat banget waktu beliin Farhan hadiah ulang tahun. Karena, tanggal 23 November itu hari ulang tahunnya Fitri juga, sahabatku dari SD. Fitri bilang, “gak apa-apa, Cha. Ayo cepet beliin Farhan kado). Saking jahatnya aku, aku sampe minta Fitri buat nemenin nyari kado. Dengan sabarnya Fitri bantuin aku. Aku gak akan pernah lupa hari itu. Perasaan haru, senang dan bersalah menggelayuti hati auhtor. Author sangat berterimakasih pada sobat author sehidup semati itu !
Harap-harap cemas author selama beberapa hari setelah hari ulang tahun Farhan. pasalnya, author gak pernah lihat pake tumbler itu ke sekolah. Sampai suatu hari, author liat dia lagi latihan basket dan dia pake tumbler itu ! what a wonderful day ! author bahagia banget. saking bahagianya, author lari ke kantin dan cari Fitri terus author peluk Fitri wkwkwk =))) setelah kejadian itu, author kembali jalan-jalan di Mall tempat author beli tempat tubler itu. Author beli lagi tumbler itu buat author sendiri, karena ceritanya biar samaan gitu. Author beli yang tutupnya orange. Karena kalo biru, itu kan warna kesukaannya Farhan. tapi kalian tau gak ? walaupun author beli tumble itu, author suka sembunyi-sembunyi kalo bawa tumbler itu setiap latihan basket. Soalnya author takut ketahuan sama Farhan, kan berabe !
Oh iya, jadwal latihan basket kami di bagi ke dua waktu karena ada dua shift di sekolah kami. Author lebih sering latihan sore setiap hari selasa dan jumat. Sementara Farhan latihan setiap pagi hari selasa dan jumat. Dan pada hari sabtu pagi, kami latihan bersama. Setiap Farhan latihan hari selasa dan jumat, aku selalu memperhatikannya di pinggir lapangan. Kadang duduk di kursi koridor, kadang dari jendela kelas karena masih bisa terlihat jelas. Saat author memperhatikan Farhan bermain, author selalu menyiapkan kamera dan buku catatan. Pasalnya, seperti yang author bilang di awal kalo Farhan itu inspirasi buat author. Jadi kalo Farhan lagi latihan, author nulis apapun deh. Biasanya sih puisi ahahaha :$
Oh iya, satu hal yang terpenting dari cerita ini. Karena author adalah secret admirer, otomatis author punya jobdesk lain selain jadi stalker di keseharian dan di sosial medianya. author ingat, saking sukanya nulis puisi sejak kenal Farhan, author kirimin Farhan puisi-pusi author. Jumlahnya ada tujuh, dan author amplopin masing-masingnya sesuai urutan warna pelangi (me.ji.ku.hi.bi.ni.u) setiap amplop itu author tempelin setiker tokoh-tokoh Walt Disney. Gak ada motivasi lain sih, Cuma biar lucu aja. Oh iya, pusinya juga gak author tulis tangan. Tapi author ketik dan print supaya gak ketauan. Di ujung puisinya gak author kasih nama asli author, tapi nama nama pena author yang tak lain adalah Sunny sendiri dengan font TNR 12 italic. Dari akhir bulan Oktober sampe awal Desember, setiap minggu, author simpen surat-surat itu di saku motor Beatnya. Awal-awal minggu, dia belum menyadari kalau ada seseorang yang menguntitnta, sampai suatu ketika, aku melihat timeline twitter ku, Farhan menulis begini, “gak bosen apa ini orang hampir tiap hari ngedatengin motor gue ?” hey hello, asal kamu tau Farhan aku simpen amplop itu Cuma tiap hari selasa atau jumat setiap kamu kalo lagi latihan basket ! lalu postingan selanjutnya yang tak lama setelah itu muncul, “I know this person make a challenge, challenge accepted.” Well, setidaknya dia mengakui keberadaanku. Aku senang dia terusik dengan itu, jujur saja. Meski ada sedikit rasa tak enak karena hal itu.
Waktu berlalu, setelah tujuh amplop itu selesai terkirim, aku tak tau lagi bagaimana cara mengusik Farha. Sampai pada akhirnya, benda paling bersejarah untukku laib digondol maling bocah ! motor Farhan hilang di depan rumahnya sendiri. Dia sangat marah sampe aku liat dia minta bantuan ke @infobandung di twitter. Dia marah banget hari itu. Sebenernya dia gak sendiri, aku juga marah dan sedih saat itu. Bayangkan, bagaimana perasaan author ! tanpa motor itu, author susah buat ngusik Farhan. oh motor Farhan sayang, kemana kamu ? author disini masih sedih atas hilangnya dirimu yang sangat berharga. Setelah itu, author pernah lihat Farhan ke sekolah memakai sepeda, karena jarak tempuh dari rumahnya ke sekolah tidak begitu jauh. Sekali-kalinya dia pakai sepeda, dia begitu di penuhi peluh di pelipisnya. Bukannya terlihat jelek, Farhan malah terlihat seksi ! *ciwiwit* Farhan selalu tampil keren dan casual, hampir setiap hari dia mengganti jaketnya ke sekolah. Aku bahkan ingat apa saja warna dan merk jaketnya, beberapa bahkan hingga sekarang.
Akhirnya, ujian kenaikan kelas itu tiba. Sebelumnya, temanku yang sekelas dengan Farha bilang kalau ada isu bahwa Farhan mau ikut geng pentolan sekolah. Jujur saja author kaget dan.. cemas. Karena biar bagaimanapun, tidak ada bagus-bagusnya terlibat dalam hal yang tidak penting seperti itu. Tapi pada akhirnya, Farhan tidak tertarik dan menolak tawaran itu. Terus, ada isu juga kalo Farhan merokok. Tapi setelah ku endus saat aku ada di dekatnya, dan setelah ku amati warna bibir dan giginya, aku yakin kalau dia tidak merokok. Nah, kalian tau kenapa dia menolak tawaran ikut geng itu ? pertama, ada yang bilang kalau Farhan emang tidak tertarik. Kedua, temanku itu bilang kalau farhan mau mutasi saat kenaikan kelas. What ?! mutasi ? nooooooo !!!!
Nah, jadi begitulah akhirnya. Setelah ujian itu selesai, dengan harap-harap cemas aku berharap kalau Farhan tidak jadi mutasi. Tapi setelah ku cari di daftar nama pembagian kelas tahun selanjutnya, aku tak melihat nama Farhan di kelas manapun. Aku sedih dan sedikit frustasi. Kenangan terakhir tentang Farhan adalah kartu ujiannya yang aku ambil hahaha =’) Farhan benar-benar mutasi sekolah saat itu.
Setelah Farhan pergi author semakin sedih. Author semakin gencar menulis bahkan hingga menciptakan novel. Author malas buat buat jatuh cinta lagi setelah itu. Author Cuma mau Farhan ! gak mao tao ! author selalu berdoa sama Tuhan supaya mempertemuka kami. Sampai akhirnya, ada secercah harapan buat author. waktu itu, author dapet kabar kalo di sekolah bakal ada pensi. Hal itu, tentunya author sambut baik. Saking keukeuhnya, author bakal pergi sendiri ke pensi tanpa di temani teman karena mereka tidak ada yang bisa pergi. Auhtor datang ke sekolah untuk beli tiket, meski saat itu sekolah sedang libur. Setelah author membeli tiket, dan berapa jam menuju pensi, author mendapat banyak halangan. Pertama, author harus ke tempat les untuk daftar online ke salah satu PTN dan menunggu hasilnya yang saat itu terjadi kesalahan server. Setelah itu, author dapat telepon dari tante author yang bilang kalau author boleh ambil laptop yang author pesen di toko rekomendasi tante author. alhasil author pergi ke Plaza IBCC baut ambil si laptop kesayangan author ini. Hari seketika hujan, seakan tak menginginkan author untuk menemui Farhan. mengugurkan harapan kecil bahwa auhtor bisa menemui Farhan disana. Author saat itu bersama Fitri, Fitri terus menabahkanku. Meski rasanya saat itu author sangat ingin untuk pergi menembus hujan saja. Karena saking kecewanya mendapat kabar dadakan bahwa laptop yang author pesan belum bisa di ambil hari itu. Holy shit !
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya magrib mejelang. Pensi pun pasti sudah bubar. Author bersedih. Demi apapun, author mengutuk segala halangan hari itu. Tapi, jauh di lubuk hati author mengakui bahwa hal itu memang seharusnya terjadi. Itulah yang Tuhan takdirkan. Setelah kejadian itu, author jarang sekali mendapatkan kesempatan dimana author bisa menemui Farhan selaim di mimpi. Kalian tau, hampir tiap hari sejak mengenal farhan author memimpikan farhan. mimpi itu lebih sering manis, tapi pernah juga mimpi itu terasa panhit sekali saat Farha bilang supaya aku meulapakannya saja. Dia suda gila apa ? memangnya semudah itu pikirmu, Han ?
Butuh bertahun-tahun untuk bisa merelakan perasaanku pada Farhan. apabila orang lain berusaha keras untuk melupakan seseorang, aku tidak seperti itu. Aku bahkan ingin terus mengingat Farhan. mengenangnya dengan baik. Setelah itu, akan aku ceritakan pada anakku kelak. Aku tidak bermaksud menyakiti laki-laki yang kelak akan menjadi pelabuhan terakhirku nanti. Aku hanya ingin membagi cerita manisku pada mereka dan kuharap mereka mengerti dan lebih menjadikan ceritaku ini sebagai pengalaman yang tak terlupakan. Aku masih sangat meyayangi Farhan, sampai sekarang dan kapanpun. Aku selalu berdoa yang terbaik untuknya, aku selalu berharap dia bahagia, menjadi anak yang berbakti dan sehat selalu. Kalian jangan dulu salah sangka ya, hal ini bukan berarti aku tidak bisa menyayangi laki-laki lain suatu saat nanti. Aku hanya butuh belajar lagi untuk menyayangi laki-laki lain, karena setelah ini tidak akan mudah lagi bagiku. Tpai buktinya, sekarang aku menyayangi Alvin. Bahkan aku jarang mengingat Farhan lagi, hanya di waktu-waktu tertentu saja. Setelah itu, aku hanya bisa tersenyum mengenangnya lalu memanjatkan doaku lagi untuknya.
Tuhan, jaga Farhan untukku. Bahagiakan hatinya, begitu juga hatiku. Jadikan dia anak yang berbakti pada orangnya karena aku tahu dia terkadang masih kekanakan. Dampingkanlah dia dengan perempuan yang baik dan menyayanginya. Begitu juga denganku.
Dear Farhan, aku senang bisa mengenalmu. Menyayangimu adalah pengalaman terhebat dan terindah yang pernah aku miliki. Semoga kau selalu baik-baik saja. Semoga juga aku bisa menemukan laki-laki yang bisa aku sayangi melebihi sayangku padamu. Ah iya, kuharap, kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti dan minum teh bersama.


With love,


I’m Your S

Hai Chipmunk #2


haaaaii, I’m baaaaack !! malem ini aku bakal lanjutin ceritaku yang kemarin. Aku gak akan bertele-tele karena aku mau lanjut nonton Isshukan Friends hihi =D sampai dimana kita kemarin ? hmm.. setelah kalimat landmark itu ! kukira, bagian kelanjutannya adalah saat aku pergi untuk melakukan penelitian ke Tasikmalaya.
Waktu itu tanggal 12 Desember 2015. Teman seangkatanku dan aku mendapat tugas penelitian ke Tasikmalaya selama sehari itu. Kami berangkat malam ketika masih tanggal 11 Desember. Sorenya, aku masih ngobrol dengan teman-temanku di NoG, AW dan AMZ. Sampai pada akhirnya, aku harus exit chat karena aku belum berkemas. Aku akan menceritakan apa yang aku katakan di NoG.
L : aku exit dulu ya minna. Aku harus packing buat ke Tasik besok.
R : hati-hati Lily-chan !
L : makasih Riesky.
F : have a nice trip Kak Lily.
L : siap Fan ! Arigatou ^^
A : hati-hati ya ly. Telepon aku kalo sempet.
L : iyaa vin, kalo sempet ya.
A : pasti gak akan deh L
L : kalo sempet ya aku telepon vin --”
A : oke Lily J
Well, sebenarnya aku memang akan menelepon Alvin kalau aku memang punya waktu disana. Lagian dia juga yang meminta. Singkat cerita, akhirnya aku pergi ke Tasik. Waktu itu sekitar jam 8 pagi. Aku dan rombongan kembali ke bisa untuk pergi ke tujuan selanjutnya. Saat di bis, kuakuin saat itu sebenarnya adalah waktu kosong. Aku bisa saja menelepon Alvin kalau aku mau. Sebenarnya aku enggan, tapi rasanya seperti berbohong kalau aku sampai bilang padanya bahwa aku tidak sempat meneleponnya karena aku sibuk, bila dia bertanya padaku nanti. Akhirnya aku meneleponnya.
L : hai vin.
A : hai Lily. (saat itu suaranya seperti orang yang baru bangun tidur. Terdengar seperti lirihan dan agak melantur nadanya). Sorry, aku baru bangun.
L : ohh.. okay. good morning sleepy head. Aku udah telepon kamu ya. Sekarang, silakan kalo kamu mau tidur lagi.
A : ehh.. nggak kok nggak. Aku udah bangun. Bentar ya, aku cuci muka dulu. (setelah itu, aku menunggu beberapa menit. Telepon hening sampai akhirnya dia bersuara lagi) halo Ly, kamu masih disana ?
L : teleponnya belum mati kok vin.
A : ehehe iyaa (kudengar dia tertawa, aku tersenyum)
L : vin, kok suara kamu putus-putus ya ? (padahal waktu itu sebenarnya suaranya masih bisa kudengar cukup jelas. Hanya saja, aku tidak enak pada temanku di bis, apalagi sama Ajeng yang duduk disebelahku).
A : mungkin sinyalnya Ly.
L : iya, mungkin.
A : kamu udah sampe mana ?
L : ini udah di Tasik kok. Mau ketempat lain. (hening) Vin, aku tutup dulu ya.
A : oke Ly. Hati-hati ya.
L : makasih Alvin.
Setelah percakapan itu, kuakui aku senang. tapi rasanya masih biasa saja sebenarnya. Hanya sebatas senang saja. Tapi, setelah percakapan telepon itu, aku semakin dekat lagi dengan Alvin. Sampai pada akhirnya..
Waktu itu tanggal 16 Desember, hari ulang tahunku. Aku mendapat kejutan dari temen-temanku di kampus. Aku juga bermain gapleh bersama teman-teman lelakiku. Pagi itu sebenarnya aku ingat Alvin. Aku tergoda untuk mengirim personal chat, memintanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Sore harinya, aku mengundang beberapa teman terdekatku ke rumah. Kami mengobrol dan berfoto seperti biasanya. Karena aku sedikit bosan dan masih terpikirkan akan ide konyolku itu, akhirnya aku pesonal chat pada Alvin.
L : Vin, mau ngucapin gak ?
Setelah pesan itu dikirim, aku tidak menanti balasan Alvin. Mungkin hanya karena aku penasaran saja. Dan setelah itu, aku dan teman-temanku keluar rumah untuk berfoto lagi. tiba-tiba, aku di lempari telur dan terigu, juga air. Tradisi ulang tahun ala anak SMA. Kukira aku tak akan mendapatkan pengalaman seperti itu lagi, tapi ternyata aku salah. Alhasil, aku harus mandi dan mencuci baju hingga malam. Akupun tidak mengikuti latihan padus saat itu. Betapa menyebalkannya sahabatku itu -___-
Saat malam menjelang, aku mengecek Line di Hpku. Kalau kau ingin tau, aku jarang mengecek pesan atau telepon karena aku yakin tak ada yang menghubungiku melalui dua hal itu. Pada akhirnya, aku menerima chat balasan dari Alvin yang dikirim tak lama setelah aku mengerim personal chat padanya.
A : ngucapin apa Ly ?
L : gak jadi Vin. Cuma iseng hahaha =D
A : ayo, bilang aja. Daripda di pendem wkwkwk
L : um.. hari ini aku ultah. Mau ngucapin gak ?
            Beberapa menit lamanya, Alvin tidak kunjung membalas chatku itu. Sebenarnya aku biasa saja, tapi ada perasaan dimana aku ingin Alvin mengucapkan selamat ulang tahun untukku.
           

                                     
            A : selamat ulang tahun Lily sayang.. :3 semoga sehat terus, dapet pacar, rejeki lancar.. :3 aamiin
            L : makasih Alviiiiiiiiii, aamiin aamiin ya Allah ya Rabb. Alvin juga yaa, God bless us, Vin !
            A : God bless us. Semoga kita langgeng wkwkwk. Kabur ah wkwkwk
            Kau tau, saat percakapan itu berlangsung sebenarnya aku tidak berpacaran dengan Alvin. Belum. Aku bahkan tak mengerti darimana dia tau aku belum juga punya pacar, padahal sebelumnya aku bercerita tentang laki-laki lain yang.. ah, sudah, aku malas membicarakannya. Percakapan itu berlangsung, lagi-lagi Alvin berbicara serius tentang perasaannya. Jujur saja, saat dia bilang “selamat ulang tahun Lily sayang” entah kenapa aku senang, saking senangnya aku sampe peluk guling di kasur sambil ketawa-ketiwi sendiri. Jujur saja, aku belum berani mencobanya meski sebelumnya sempat terpikir, bagaimana bila aku terima saja Alvin ? setidaknya aku senang dan aku bisa terhindar dari hal-hal tentang laki-laki lain yang tidak ingin aku pikirkan. Akhirnya, setelah perbicaraan panjang lebar dengan Alvin, aku meninggalkannya tidur tanpa memberinya jawaban. Aku sengaja sebenarnya. Aku juga sudah punya jawaban, sebenarnya.
            Keesokan paginya, Alvin mengirimku pesan chat lagi. setelah aku pertimbangkan, meski aku yakin saat itu aku perlu mempertanyakan kewarasanku. Akhirnya, aku memutuskan untuk coba menjalaninya dulu dengan Alvin. What a good feeling ! aku senang dan lega sebenarnya. Malamnya kami bicara panjang lebar, ngalor ngidul, wetan ngulon, aku senang bicaranya dengannya. Kami membicarakan apa saja seakan kami sudah mengenal lama. Kami hanya sedikit membicarakan tentang diri kami.
            Malam itu aku bertanya,
            L : Vin, kamu ngerokok gak ? (well, aku tau sebenarnya itu pertanyaan konyol. Dia bisa saja mengaku bahwa ia tidak merokok karena toh aku tak akan pernah melihatnya merokok atau tidak dengan mataku sendiri, dan setelah itu aku akan senang karenanya).
            A: itu pertanyaan pasti di tanyain sama setiap cewek. Kalo kamu nanya aku ngerokok atau nggak, iya aku ngerokok. Tapi kalo di tanya, suka ngeroko atau nggak ? itu kadang-kadang. Kalo lagi ngumpul atau lagi mumet tugas kampus aja. Kamu ilfeel ya ? gak suka ? (kalian tau ? setelah itu dia kirimin stiker Menma yang lagi sedih. Stiker itu berpengaruh sebenarnya, saat itu juga aku jadi geli sendiri membayangkan wajah Alvin yang sesedih wajah Menma di stiker itu).
            Aku bilang sama Alvin kalo aku gak marah. aku tak mengerti kenapa. Mungkin karena dia jauh dariku, dan.. aku tidak tau lagi mengapa karena intinya aku tidak merasa marah. padahal aku benci perokok, aku juga ingin memiliki pacar yang bukan perokok. Aku tau hal itu langka karena aku lihat sendiri teman-temanku hampir semua perokok berat. Akhirnya, aku bilang pada Alvin kalau hal itu tidak menjadi masalah dan aku tetap menyukainya. Aku berkata pada Alvin kalau dia harus mengurangi dosis merokoknya pelan-pelan, demi kesehatannya. Jujur saja, mungkin kau tak mengerti dan tak percaya, tapi aku sungguh peduli padanya.
            Aku memanggil Alvin dengan sebutan chouchou setelahnya. Dia tanya, chouchou itu apa, aku tidak menjawabnya dan malah menyruhnya mencari sendiri di Google. Lama dia tidak membalas chatku, sampai akhirnya ada balasan, “kamu panggil aku tukang pemotong pohon ?” aku balas, “kamu mau aku sebut tukang pemotong pohon ?” tapi akhirnya aku menigirim foto dimana aku menemukan kata chouchou. Lalu dia bilang, “kamu panggil aku kubis ?” karena ia menemukan kata kubis di foto itu. Sebenarnya chouchou itu artinya memang kubis dalam bahasa Prancis, tapi yang aku maksud di foto tersebut adalah chouchou sebagai panggilan sayang. konyol bukan ? aku ingin membuat dia paham bahwa aku memberi panggilan khusus, tapi aku harus membuat dia berusaha sebegitu ribetnya dia sampai tahu artinya.
            Kukira cerita ini masih akan berlanjut karena memang masih ada kelanjutannya. Ini baru awal. Beberapa hal selanjutnya yang aku ceritakan akan lebih.. ah, kau nilai saja sendiri bagaimana. Milea bilang, cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan dan dukungan. Kalau kau tidak setuju, aku tidak peduli. Sebenarnya kutipan itu tidak sepenuhnya sama dengan yang aku pikirkan. Kesamaannya adalah, aku dan Milea sama-sama tidak peduli tentang pendapat orang akan hubungan seperti apa yang kami jalani. Betul tidak, Milea ? hahaha =D

Jumat, 25 Desember 2015

Hai Chipmunk !



Haaaaaiii !!! udah lama rasanya aku gak update di blog tercintaku ini. Well, walaupun sempet hiatus karena sibuk, tapi aku selalu gemes pingin nulis sesuatu di sini. Nyampah cerita, tapi kalo bisa sama info sih sekalian hehe =))) saking lamanya hiatus (baca : lebay) aku udah punya banyak cerita sebenernya. Isinya juga curhat semua sih sebernenya =$ um.. tapi kali ini aku bakal curhatin yang paling... mengesankan menurut aku.




Sebelum ke cerita, curhatan beserta kronologisnya, aku akan menjadi Lily. Kalian gak kenal ya ? well, sebenernya nama aku Anisa Aulia. Nama penaku, Sunny (sama seperti yang tertera disetiap inci blog oranye ini). Tapi Lily, Lily adalah nama panggilanku sejak aku kuliah. Nama kecilku sangat pasaran hingga aku harus menggantinya dengan yang baru. Sedikit bercerita tentang namaku itu. Banyak yang tanya “Li, kenapa nama kamu Anisa Aulia tapi di panggil Lily ?” aku bilang, Ica pasaran. Kalo mau nyambung, sebutnya kaya gini Anisa “Lily” Aulia. Yep, Lily becomes my middle name. Bukan berarti bunga kesukaanku lily ya, aku suka tulip orange sama bunga matahari. Selain itu juga, semua sepupu aku dan temen lama seakan tak mengenali namaku yang sekarang. Well, aku yakin mereka kaget dan gak nyangka kenapa nama panggilan bisa berubah-ubah gitu, tapi aku memberi mereka pengertian dengan alasan yang sama seperti yang aku lontarkan pada teman-teman baruku di kampus.
Nah, sekarang, aku akan mulai becerita. Mulai darimana ya ? baiklah.. aku akan mulai dari sebuah nama. Namanya Alvin. Tidak ada yang aneh dengan nama itu saat aku melihatnya. Kecuali ya.. sedikit modern dan mengingatkanku dengan salah satu tokoh kartun 3D Alvin and The Chipmunk. Alvin, pertama kali aku melihat namanya muncul di Line ku. Waktu itu, aku mendapat undangan grup anime. Bukan hal baru sebenarnya, aku memang salah satu aktivis di beberapa grup Otaku Indonesia dan beberapa official accountnya. Aku tak ingat bagaimana cara aku memulainya, tapi aku merasa aku senang berada di antara mereka. Rasanya akan sulit aku jelaskan kecuali kau merasakannya sendiri dan setelah itu kau tonton Sword Art Online, maka kau akan tau apa yang aku rasakan. Kembali ke Alvin, setelah melihat undangan itu, maka seperti biasa aku menerima tawaran undangan itu. Satu hal yang unik dari grup Otaku itu, namanya berbeda dari yang lain, Nest of Geese a.k.a Sarang Para Angsa. Jujur saja aku tak mengerti kenapa dinamai seperti itu, sementara saat aku memasuki grup itu aku tak menemukan adanya angsa sama sekali. Um.. mungkin aku akan menanyakannya pada Alvin karena ia adalah admin grup itu.
Setelah yang ku paparkan di atas, sekarang kau seharusnya tau dulu apa itu Sword Art Online. Karena dengan begitu, kau akan paham maksudku. Tapi aku akan berusaha sebisa mungkin menceritakan cerita ini padamu hingga kau mengerti. Di dalam setiap grup, terdapat admin dan setiap member baru harus intro dulu. Saat aku bergabung dengan NoG, aku tidak intro karena aku tidak diminta dan aku tidak ingat peraturan umum yang satu itu. Adminpun, Alvin sendiri, tidak mengingatkannya. Begitu juga dengan member yang lain. Anehnya, saat itu aku tidak mengenali anggota NoG satupun, bahkan Alf (temanku) yang sudah malang melintang di setiap grup Otaku. Aku juga bahkan heran, darimana Alvin mendapatkan akun Line ku ?
Kau penasaran ? sabar.. aku akan segera menjawabnya.
Kehadiranku di NoG di sambut baik. Tentu saja, member hijau selalu di sambut baik. Kalau kau rasakan sendiri, terkadang aku menemui beberapa member baru yang langsung di kick karena dia adalah seorang kicker yang biasanya hanya bisa mengacaukan sistem di grup otaku tersebut. Perlahan-lahan, aku mulai akrab dengan beberapa teman baruku itu. Satu hal lagi yang berbeda dari NoG, disana aku banyak menemukan member yang seusia denganku, bahkan yang senpai pun ada beberapa. Biasanya, aku yang menjadi tetua di grup otaku, tapi di NoG, aku bukan senpai.
Ah iya, aku juga baru ingat hal lain lagi yang berbeda dari NoG. Disana ada sebutan landmark, aku awalnya tak mengerti, tapi semakin lama aku “berenang” di NoG, landmark berarti di “booking” atau taken oleh member grup. Misalnya, karena kamu menjadi orang yang dia suka. Atau karena charamu adalah pasangan dari DN chara yang lain. Tapi lebih sering sih, karena member lain menyukaimu makannya dia me-landmark-mu. Beberapa aku temui couple otaku. Ada yang hanya sebatas couple bahkan ada yang cinlok beneran. Kau tau, cinlok dunia maya. Pacaran sungguhan meski kamu belum pernah melihat wujud nyata kekasihmu di dunia nyata meskipun dia sungguhan ada.
Belum lama aku bergabung di NoG, dua member me-landmark­-ku. Pertama, Alvin. Kedua, Riesky. Aku tak pernah menanggapi hal seperti itu dengan serius, karena hal itu sudah biasa. Membangun relasi lain melalui dunia maya, dan kau merasakan chemistry serta kasih sayang pada relasimu tersebut adalah hal yang wajar bagi kami.
Pada awalnya, Alvin bilang bahwa Riesky me-landmark-ku. Dia juga mempromosikan Riesky padaku. Aku hanya tertawa dan membalasnya dengan beberapa gurauan. Tapi pada akhirnya, Alvin juga yang mendeklarasikan pada member lain bahwa aku telah di landmarknya. Aku terima saja, walapun aku belum begitu mengenalnya. Sampai suatu hari, Alvin mengirimkan personal chat padaku. Awalnya hanya obrolan biasa, lalu kutanya, “Vin, darimana kamu dapet akun aku ?”
A : aku dapet aja dari tempat lain wkwkwk
*satu yang khas dari Alvin, ia sering tertawa dan kalau tertawa ketikannya selalu “wkwkwk”
L : ohh gitu.. terus kamu kenal aku darimana ?
A : sebenernya aku udah tau kamu dari lama, aku old member yang udah out dari grup lain yang sama kaya grup kamu.
L : grup apa ?
A : apa ya ? aku lupa namanya. Tapi ada Anime Animenya gitu..
L : Anime Words ? AniMangaZone ?
A : nah iya, Anime Words.
Jadi begitulah cara dia menemukanku. Dia tenyata ex-old-member AW. Aku tidak tau kapan dia menjadikanku kontak di Line, yang jelas tau-tau aku sudah berteman dengannya.
Seiring waktu berjalan, aku semakin dekat dengan Alvin. Tidak bisa di sebut dekat sekali yang sampai saling mengenal kepribadian satu sama lain. Tidak seperti aku mengenal Alf yang ataupun beberapa member AMZ Bandung yang pernah kutemui. Sampai pada akhirnya, Alvin mengutarakan perasaannya padaku.
A : akhirnya di PM juga =D
L : emang tadinya gak akan di PM ? =D
A : PM kok ly, tenang aja =D kan jodoh.. wkwkwk
L : aminin jangan Vin ?
A : Di aminin aja.. =D kalo udah di aminin, yuk jadian.. =D
L : amin =D (kenapa aku tulis amin ? maksud aku itu artinya merajuk ke amin = aman. Bukan yang artinya semoga Tuhan mengabulkan doa kami). Hahaha seriously ? are u kidding me ?”
A : I’m serious =D
L : jadian role play ? *role play, jadian sesama chara tp cuma sebatas couple chara, kaya chara Naruto sama Hinata. Walau gitu, aslinya, diluar ke-chara-an mereka, gak ada perasaan lebih.*
A : role play ?
L : mainan lama sih. Jadian sesama chara aja.
A : gak mau mainan =D
L : maunya karbitan =D
A : maksud karbitan ?
L : ah, sudahlah, lupakan. Cuma bercanda kok =D
A : gak mau karbitan, maunya beneran aja.
L : apanya yang beneran ?
A : jadiannya.. =D
L : kenal aja baru, Vin. Muka alvin juga aku gak tau. Alvin kaya gimana juga aku blm tau.
A : kan bisa diliat. Bisa lebih dikenal kalau jadian mah.. :3
Dan obrolan selanjutnya pun berlanjut. Alvin bilang, kalo dia serius sama omongannya. Dia bilang “kalo lily mau serius ya aku serius. Kalo lily anggep bercanda juga gpp.. :3”
Saat itu, seperti biasanya dengan dorongan entah darimana, aku selalu menghindari laki-laki yang menyukaiku. Aku menolak Alvin perhalan dan dengan cara yang halus. Aku lemparkan alasan-alasan masuk akan mengapa aku tidak bisa menerimanya. Tapi.. orang yang aku hadapi, berbeda. Alvin berbeda dengan laki-laki lainnya, dalam kasus ini, dengan laki-laki yang mendekatiku.
Perlu kalian tau, aku menyayangi laki-laki yang aku dambakan selama empat tahun selama empat tahun aku menyukainya, selama tiga tahun aku tidak lagi bertemu dengannya dan perasaan itu tidak pernah goyah sampai Alvin yang datang. Alvin, lelaki asing yang belum pernah aku temui sebelumnya. Kalian tau, aku menyebutnya sebagai “lelaki dengan pemikiran ala nasi goreng”. Kenapa ? karena dia begitu simple tapi mengenyangkan seperti nasi goreng. Alvin berpikiran simple, ia sulit di tebak, agak rumit dihadapi, misterius dan suka sekali membuatku gemas dan penasaran padanya. Aku tau ini jahat, tapi dia membuatku penasaran ! aku sudah lama tak menjadi kucing lagi semenjak Farhan pergi. Aku memutuskan untuk menjadi incaran, bukan pengincar. Tapi Alvin mengacaukannya. Aku tak pernah lagi peduli tentang laki-laki yang datang dan pergi di kehidupanku. Aku selalu menolak mereka karena aku yakin aku masih sangat menyayangi dan mengharapkan Farhan kembali. Tapi Alvin, ia membuatku melepaskan keyakinan dan harapan yang aku pertahankan selama empat tahun. Jujur saja, aku masih memikirkan Farhan, merindukannya dan mengkhawatirkannya. Tapi hanya sebatas itu. Aku selalu berharap Farhan bahagia dan baik-baik saja. Aku dulu berdoa supaya aku bertemu dan bicara padanya walau hanya sekali. Tapi aku merelakannya, aku hanya ingin melihat Farhan dari jauh dan memastikan apa yang perlu aku pastikan. Setelah itu, aku membiarkan Tuhan ingin mengarahkanku untuk seperti apa, tanpa Farhan.
Alvin mengubahnya ! ia dengan caranya yang tidak aku mengerti, membuatku ingin memberikan apa yang selama ini aku bayangkan dapat aku berikan pada Farhan. Alvin, beberapa hal yang ada padanya mengubah pemikiranku. Aku tau ini gila. Sebentar, belum aku jelaskan alasannya padamu mengapa. Alvin, saat aku katakan padanya, “tapi, ada laki-laki lain yang juga lagi nunggu jawaban aku.”
A : kamu banyak yang suka ya ?
Jujur saja, saat itu yang terlintas di pikiranku adalah “kurang ajar bgt ini cowok ngatain gue begitu. Emang gue cewek apaan ?” alhasil aku membalasnya.
L : gak seperti yang kamu pikir.
A : ya udah, kalo gitu, kamu tinggal pilih aja yang kamu suka. Gak usah bingung.
For God Shake ! aku tak pernah mengenal laki-laki yang... seolah mengibarkan bendera putih. Apa kau mengerti maksudnya ? Alvin begitu saja merelakan perasaannya bila aku tidak memilihnya. Hal ini jarang terjadi, karena biasanya, laki-laki lain akan memaksaku dulu dan mendesakku untuk aku bisa memberi sedikit ruang untuk mereka. Alhasil, aku harus bermain kasar dengan mereka supaya mereka mengerti maksudku.
Lagi-lagi Alvin berbeda. Ia berkata, “yah.. prenjon” =D (maksudnya Friendzone) saat aku berkata, “Alvin, kita teman saja yak !”
Dia bilang, “mana ada laki-laki yang mau di friendzone-in. Di bilang temen, tapi suka. Di bilang pacar, tapi bukan soalnya Cuma temen.”
Saat itu aku menyerah dengan Alvin. Dia memintaku untuk menolaknya dengan tegas. (hei, di jaman seperti sekarang masih ada cowok senekad dan se-gentle dia !) yang aku tau, laki-laki biasanya gak terima kalo di tolak mentah-mentah, tapi Alvin ? dia malah memintanya !
Lalu aku bilang padanya, “Vin, kamu baik. Aku yakin kamu bisa dapetin cewek yang kamu mau. Cewek pasti pada suka kok sama kamu”. Aku tau, pada saat itu ucapanku tidak sepenuhnya benar, karena pada kenyataannya, kalo dia memang suka padaku, buktinya dia belum bisa dapatkan aku. Tapi, dia menerima saat aku berkata seperti itu, dan kami tetap berteman baik. Tetap bicara meski di grup NoG kadang-kadang dia masih suka bilang, “Lily jodoh gue”, “woy Ky, Lily punya gue !”, “Lily udah gue landmark.” Dan kalimat-kalimat lainnya.
hmm.. aku kira, cerita malem ini cukup sampai sini dulu. Aku gak akan harkos buat lanjutin cerita ini kalo kalian minat hehe =D gak minat juga gapapa sih. Sebenernya aku mau lanjutin Monic’s Story of The Day, udah ada kelanjutannya nih ! itu kisah nyata juga lho. Tapi bukan cerita aku. Tapi buat next update, aku mau fokus ke ceritaku dulu ya. Soalnya... gak ada soalnya sih. I just share what I wanna share. Jangan bosen oke ?!
next story, Hai Chipmunk #2
see you soon !