Sabtu, 03 Februari 2018

Curhat random (not related to anything. Just my trash)



Hello, long time no write :’D anyway... bingung juga mau nulis apa, sebenernya selama setengah tahun terakhir ini udah banyak banget yang mau ditulis, dituang, diceritakan dan dibagikan, tapi berhubung terlalu banyak, aku jadi bingung harus mulai darimana. Jadi, tulisan pertamaku di tahun 2018 akan aku awali dengan curhat random =’D

      Akhirnya, aku resmi menjadi siswa semester akhir. Aku semester delapan sekarang. Apa saja yang sudah aku dapatkan selama kuliah? Yang jelas banyak, banget. Aku gak mungkin dapetin pengalaman dan ilmu seperti yang aku miliki sekarang kalo aku gak kuliah. Thanks to you, mama and ayah, kalian masih sanggup sekolahin aku sampe ke jenjang perguruan tinggi, melihat background pendidikan mama dan ayah yang tidak seberuntung aku. Meskipun begitu, aku beruntung memiliki orang tua yang visioner, menganggap kalo pendidikan tinggi itu penting. Well, bagi sebagian orang mungkin tidak, tapi bagiku pendidikan tetaplah penting. Ilmu adalah hal yang akan selalu berharga sepanjang masa.

      Menjadi mahasiswa tingkat akhir ternyata sulit. Setidaknya menurutku. Padahal aku sudah tidak memiliki jadwal perkuliahan sama sekali. Pure, aku hanya fokus menulis skripsi dan ujian comprehenship. Meskipun begitu, ternyata kegiatan berpikir dan menulis ini ternyata lebih menguras tenaga dan pastinya pikiran. Kurasa bukan hanya aku, tapi aku benar-benar merasa lelah setelah banyak berpikir. Aku bergadang untuk berpikir meskipun belum tentu akhirnya akan menghasilkan sesuatu, lalu paginya aku bangun dan bersiap untuk kembali berpikir. Aku diburu oleh waktu, meskipun sebenarnya alu bisa saja bersantai. Tapi tidak, aku tidak ingin bersantai. Ku kira aku sudah cukup pernah mengabdi pada jurusanku meskipun tidak terlalu banyak. Setidaknya aku sudah memiliki pengalaman organisasi. Jadi, aku tidak memiliki alasan untuk berlama-lama lagi di kampus. Usiaku masih sangat muda, masih banyak hal yang ingin aku jelajahi dan kerjakan. Selain itu, aku juga tidak ingin membebani orang tuaku lebih lama lagi, baik secara finansial ataupun bukan. Biarlah aku yang membantu mereka, sesegera mungkin.

     Aku sudah melalui satu tahap, setidaknya begitu. Aku sudah mengikuti seminar proposal, meskipun revisinya cukup rumit, tapi aku yakin aku masih bisa melanjutkan penelitianku. Ini adalah maha karyaku, hasil dari rasa penasaranku, jadi aku harus bisa menyelesaikannya. Meskipun aku tidak terlalu berminat untuk menghasilkan penelitian yang “langka” atau “hebat”, setidaknya aku berusaha semaksimal untuk untuk menambah hal baru di perpustakaan fakultasku. Baiklah, aku tidak ingin membicarakan penelitianku lebih lanjut. Doakan saja semuanya berjalan lancar.
        
       Hmm.. apalagi yang ingin aku bahas ya? Ah, iya, ini hanya sedikit isu yang akhir-akhir ini kembali sering aku dengar, tentang pekerjaan. Saat ini aku merasa seperti sedang bercermin. Beberapa kali aku mendapat pertanyaan seputar pekerjaan. Kali ini bukan hanya tentang jurusanku, tapi semua jurusan. Well, saat ini aku sedang aktif mengajar Bahasa Inggris pada anak SMA kelas 12, tentu saja, pertanyaan ini menjadi hal yang menghantu mereka, “kalau aku masuk jurusan ini, aku akan jadi apa?” aku berpikir, dulu juga aku pasti begitu. Aku memang ingat aku pernah menanyakan hal tentang pekerjaan pada guru les, orang tua, guru di sekolah, bahkan pada senior-seniorku. Dan kini aku merasakan bagaimana perasaan mereka saat aku menanyakan hal itu dulu, antara sebal dan maklum. Aku akan membahas apoin maklum lebih dulu. Sebagai anak baru gede, dewasa muda, remaja tanggung, pasti bingung memikirkan masa depan. Kalo ku ingat kembali, masa SMA itu adalah masa yang antara peduli dan tidak peduli dengan cita-cita. Aku sendiri ketika kelas 12 tidak tahu ingin jadi apa, yang jelas entah mengapa aku masih menyesali kenapa aku tidak ngotot masuk kedokteran dan menjadi dokter. Baiklah, kembali ke topik. Jadi, dengan perasaan yang seperti itu, antara bingung dan tidak, wajar saja bila di dalam lubuk hati mereka, mereka merasa cemas terhadap masa depan mereka. Mereka ingin mempersembahkan yang terbaik untuk orang tua mereka. Dan pekerjaan adalah salah satunya. Semakin hebat si anak di masa depan, semakin bangga orang tuanya. Jadi sebisa mungkin aku sabar dalam menjawab pertanyaan itu, berusaha objektif sebaik mungkin.
        
         Poin sebalnya adalah... tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kecuali Allah SWT, sang maha pencipta. Termasuk dalam urusan pekerjaan. College is about skill. You choose that major, I think you should master the skill in that major. Singkatnya, kamu kuliah jurusan Sastra Inggris, otomatis orang akan menganggap bahwa kamu pinta berbahasa Inggris dan memiliki pengetahuan yang dalam mengenai Sastra Inggris. Itulah yang akan menjadi keahlian kamu. Orang tidak akan peduli dengan alibimu yang berkata “aku emang jurusan Sastra Inggris, tapi aku tidak bisa bahasa Inggris.” Lantas orang akan bertanya apa yang selama ini kamu lakukan saat kuliah? Nongkrong? Demo? Speak up is necessary, but study is our priority. Urusan pekerjaan itu urusan takdir. Toh banyak yang ngambil teknik atau bahkan sains tapi kerjanya di perbankan. Gak nyambung kan? Lantas akan kamu sebut apa itu selain takdir? Jadi saat ini, yang paling penting adalah belajar. Belajar bisa dimana pun, kapan pun, dari siapa pun dan tentang apapun. Semakin banyak belajar, semakin banyak tahu dan banyak pengalaman, karena guru yang sebenarnya adalah pengalaman. Orang cenderung akan berubah setelah ia mendapat pengalaman. Oleh karena itu pengalaman sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Semakin baik pengalamannya, semakin mampu ia untuk mengubah lingkungan sekitarnya dengan hal-hal yang baik pula. Hmm.. aku jadi mikir inilah alasan kenapa orang berpengalaman selalu yang lebih dulu dipilih dalam segala hal. Tapi tenang, kalaupun kita belum punya pengalaman akan sesuatu, maka jangan takut untuk belajar untuk memiliki pengalaman tersebut.

Kembali lagi ke kehidupan perkuliahanku. Mungkin ini hanya di kampusku, aku tidak tahu pasti, maafkan kalau aku salah. Tapi di kampusku mahasiswa di kelas tidak di acak lagi susnannya. Setiap kelas di setiap angkatan akan terus bersama-sama selama kurang lebih empat tahun. Dan hampir empat tahun ini aku selalu bersama teman-temanku yang baik dan menyenangkan, Absurdism. Hampir setengah tahun ini kita jarang sekali berdiskusi atau ribut di kelas, dan aku sangat merindukan hal itu. Jarang kita memiliki pemahaman yang sama terhadap sesuatu, oleh karena itu tidak heran kalau ada saja yang keluar atau menghindari forum daripada terjadi clash di antara sesama warga Absurdism. Tapi percayalah kamerad, aku sangat menikmati dan mensyukuri hal itu. Aku bahkan sering berpikir, aku tidak mungkin bisa sampai di titik ini kalau tanpa kalian. Ya, siapa yang bisa bertahan hidup dalam kesendirian dan kesepian, mustahil. Manusia adalah mahluk sosial. Seberapapun kesepiannya seorang manusia, setidaknya ia pasti pernah berpapasan dan bertukar pandang dengan seseorang di suatu tempat di suatu waktu. Itu adalah salah satu bentuk kontak sosial, bukan? Kamu anti-sosial? Aku tidak percaya. Kau sedang berbicara denganku di tulisan ini saat ini.

       Bagaimanapun, tulisan ini aku dedikasikan untuk teman-temanku yang baik. Untuk orang-orang yang telah ikut campur tangan dalam kehidupanku hingga menciptakan aku yang sekarang, percayalah, kalian berpengaruh meskipun sedikit banyak tetaplah aku yang menentukan bagaimana aku harus bersikap dan bertindak. Aku mungkin pernah dan masih tidak menyukai diriku dalam beberapa hal, tapi aku lebih sering berpikir bahwa aku harus menjadi orang yang mencintai diriku sendiri dibandingkan orang lain yang melakukannya. Aku percaya diriku. Aku mampu. Aku adalah aku yang paling tahu semua hal tentang diriku, selain Tuhanku.