Hai gengs. ini adalah akhir dari sequel cerita
Hai Chipmunk. To be honest juga
kayanya aku salah kasih judul karena pada kenyataannya aku udah gak pernah
panggil Alvin dengan sebutan Chipmunk lagi. Sekarang aku panggil dia Pinipiiin,
dengan tigas huruf I berjejer di bagian akhirnya. Kalau kalian tanya alasannya
kenapa, aku sendiri tidak tau karena panggilan itu begitu saja spontan aku
sematkan padanya. Mungkin karena aku orang Sunda, jadi lebih enak menyebut V
menjadi P hahahaha =D oh iya, sebelum ke cerita, harap waspada intermeso
berterbangan.
Selama
mengenal Alvin, jujur saja aku tidak tau banyak tentangnya. Dia tidak pernah
mempromosikan atau membagus-baguskan (?) dirinya padaku. Bagaimana dengan
kebalikannya ? well, terkadang aku
suka bersikap konyol untuk mengenalkan diriku padanya. Pernah aku menjadi Lilo
(ceritanya kembaran Lily. Dia gak bego kok, dia percaya kalo itu tetep Lily
yang ngobrol sama dia) karena saking gabutnya aku saat itu. Aku berpura-pura
menjadi Lilo dan menceritakan apa yang Lilo tau tentang Lily. Jujur saja, aku
merasa konyol sekali saat itu. Hmm.. tapi sebetulnya itu bukan inti dari Hai
Chimpmunk #3 ini. disini aku bakal lebih nyeritain tentang the beginning of our story *tutup muka* (ciyeee ciwiwit) :$
Tidak
banyak yang aku ketahui tentang Alvin. Baiklah.. aku akan mulai dari namanya. Namanya
Alvin Averoes. Bila kamu baru saja mengejanya dengan Alvin Ave-ros, maka kamu
salah. Alvin bilang kalo nama belakangnya dieja Averus. Saat itu aku hanya
tertawa. Hey Alvin, kamu pasti bercanda.
Kataku. Menurutku, nama dia itu tidak Indonesia sekali ! lalu aku bilang
padanya, “dulu, ibumu naksir siapa ? nama
belakangmu keren juga.” setelah aku berkata seperti itu, dia bercerita. Kau
tahu, dia jarang sekali bercerita padaku. Setiap dia bercerita, aku selalu
senang bukan main. Aku selalu siap mendengarkan ceritanya. Dia bilang, “sebenarnya nama itu dari Oomku dulu. Nama yang
simpel. Di ambil dari seorang ilmuwan Arab yang bernama Ibnu Ruysh tapi
diucapkan dengan cara pengucapan orang Eropa saat perang salib. Kaya Ibrahim
jadi Abraham. Daud jadi David.”
Alvin
bukan tipikal orang yang banyak bicara. Dia sungguh cuek, tidak peka dan tidak
romantis. Dan dia mengakui itu semua padaku. Hey, bukan berarti dia tidak
perhatian padaku ya ! dia perhatian dan tetap bersikap hangat. Kau tau, dia
mengaku tidak romantis, padahal menurutku kadang dia tidak sadar saja kalo dia
sedang bersikap romantis. Aku bahkan terkadang suka cengar-cengir sendiri saat
dia bersikap begitu. Lalu aku berkata padanya, “kamu bilang kamu gak romantis, padahal kamu cuma gak sadar aja kalo
lagi romantis.” Setelah itu, dia pasti bertanya dengan pertanyaan yang
membuatku gemas namun semakin menyayanginya. Tanyanya, “maksud kamu, Say ?” lalu aku pasti hanya akan tertawa lagi dan
menggeleng. “nggak, bukan apa-apa.”
Kamu juga harus tau kalau dia gak
pernah gombal. Ya, menurutku begitu. Dia memang tidak pernah gombal. Lagipula aku
tidak suka di gombali, menggelikan. Pernah suatu ketika, waktu itu dia sedang ada
acara dengan teman-temannya, lalu dia mengirimkan chat di Line. Hari itu siang,
biasanya kami jarang bicara kalau siang hari. Aku menaruh rasa curiga sedikit
padanya, tapi aku senang. aku tanya, “ada
apa, Vin ?” lalu dia bilang, “nggak,
aku lagi diluar, say. Ada acara sama temen.” Setahuku, cowok suka sekali
kalau lagi kumpul bersama temannya. Akupun begitu sih. Lalu akhirnya aku bilang
padanya, “ohh bagus dong, kenapa kamu gak
gabung ?” dia jawab, “temenku bawa
pasangan semua.” Sekalimat jawaban itu mampu membuatku mengerti. Lalu dia
menambahkan, “aku kan punya kamu. jadi
mendingan aku ngobrol sama kamu daripada bete.” Well, aku tau pasti tidak
ada yang istimewa dari kalimat itu. Tapi menurutku, itu kalimat tergombal yang
pernah dia katakan padaku. Lagi-lagi aku tertawa. Dan setelahnya, kami bicara
panjang lebar dan ngalor ngidul.
Kami jarang ribut. Semoga tidak
sampai, sih. Biasanya aku yang suka ngajak dia ribut karena dia cuek padaku. Aku
sering menggodanya supaya dia bisa sedikit jengkel padaku, tapi dia tidak
pernah marah, tidak pula jengkel. Dia malah berkata, “aku percaya sama kamu kok. Kalo kamu sayang sama aku, kamu pasti gak
akan kaya gitu.” Kau tau ? menurutku itu adalah sisi romantis Alvin. Tidak ada
yang spesial, tapi mampu membuatku cengar-cengir dan merasakan kupu-kupu berterbangan
di perutku. Kau tau Alvin, aku juga percaya padamu. Dia bisa bersikap dewasa,
buktinya dia tidak pernah ambil pusing dengan tindak-tandukku diluar. Aku pernah
bilang padanya, “Vin, aku dating dulu ya
!” lalu dia bilang, “oke, say. Sama siapa
? jangan nakal ya.” Aku hanya tersenyum, lalu aku bilang bahwa aku tidak
dating, aku hanya pergi bersama temanku. Tuh kan, sulit bukan membuat dia marah
? padahal aku ingin sekali dia menegurku atau gimana. Terkadang aku berpikir, apa
dia benar-benar menyayangiku ? well, aku tidak perlu meragukannya. Aku sudah
tau dan mengerti. Dia hanya tidak pandai mengungkapkannya. Kurasa aku juga
begitu.
Vin,
kamu tau ? kadang kamu nyebelin, nyebeliiiiiiiiin banget ! kadang aku suka
sampe pingin nangis. Tapi kamu pasti bisa bikin aku ketawa ngakak lagi sama semua
lelucon kamu, kelakuan konyol kamu. Aku tau kita gak suka gombalan, dan aku
sadar ini gombal, tapi aku gak paham kenapa aku juga gak bisa marah sama kamu,
Vin ! aku juga kadang gak ngerti kenapa justru kamu yang aku suka. Kamu tau,
aku selalu berharap punya cowok setampan Oh Sehun, sekaya Bill Gates, sekeren
Thomas Brodie-Sangster, sehebat Park Chanyeol dan sepintar Rain. Tapi aku tau
itu gak mungkin karena mereka belum tentu bikin aku jingkrak-jingkrak kaya tiap
aku ngobrol sama kamu. Tuhkan, aku lagi yang gombal -__-
Sebenernya,
banyak yang bisa aku ceritain ke kalian tentang Alvin. Tapi dia gak begitu suka
di ekspos. Banyak hal yang bikin aku selalu merasa senang saat aku bicara
dengannya. Tapi bukan berarti aku gak pernah bete dan sebel ya sama Alvin, itu
juga sering kok. Tapi, bukankah setiap hubungan yang baik harus di landasi
kepercayaan dan jaga dengan komunikasi yang baik ? tentu saja. Kalau kalu
bertanya apa aku menyayanginya, ya, tentu saja. Lalu bagaimana dengan
sebaliknya ? aku tak akan menjawabnya. Kau tanyakan sendiri saja pada Alvin. Lalu,
apa hubungan kami aneh ? ya. Tapi aku tak peduli. Aku senang dengan semua ini.
Itu nilai pentingnya bukan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar