Monic’s Story of The
Day
# 1
Halo sobat,
namaku Monica Tiara. Panggil saja aku Monic. Aku baru pindah rumah, ke salah
satu perumahan di kota Bandung. Sebelumnya, aku tinggal Bali bersama orang tua
dan kedua kakak laki-lakiku. Aku anak bungsu berusia tujuh belas tahun, sejak
sebulan yang lalu. Kedua kakak kembarku, bernama Alven Jordan dan Fuji Jordan,
adalah dua orang yang unik dan cukup bertolak belakang meski mereka anak
kembar. Mereka lima tahun lebih tua dariku. Beberapa hal yang membuat mereka
sama selain wajah dan ukuran fisik mereka adalah ; mereka sama-sama menyukai
gunung seperti ayah kami(oleh karena itu nama depan mereka mirip nama gunung),
sama-sama memiliki nama Jordan (yang sebenarnya bukan nama keluarga melainkan
nama salah satu pemain basket legendaris dunia dan nama vokalis dari Dream
Theatre, yang keduanya merupakan idola ayah kami), dan yang terkahir adalah
sama-sama posesif terhadapku. Tidak, mereka tidak memanjakanku. Aku sama sekali
tidak merasa dimanjakan mereka, aku justru merasa mereka memperlakukanku
layaknya boneka yang tidak pernah mereka miliki. ya, itulah tentang kedua
kakakku.
Aku hidup
bersama dengan orang tua yang masih utuh (syukurlah), aku sangat menyayangi dan
disayangi oleh mereka. Mereka adalah perhiasanku. Ayahku, adalah orang yang
unik. Beliau memiliki golongan darah O yang kutahu adalah salah satu golongan
darah yang paling mendominasi di dunia. Tapi aku merasa, ayahkulah yang paling
unik di antara pemilik golongan darah O lainnya. Ayahku adalah seorang arsitek.
Beliau sangat menyukai gunung dan basket. Beliau juga memiliki suara yang nyaring
untuk ukuran laki-laki. Beliau sangat hobi membangunkanku dan kedua kakakku
dengan suara nyaringnya, karena tahu kami tak tahan dengan itu. Selain itu,
ayah adalah orang yang senang bercanda. Tapi bila sedang serius mengerjakan
sesuatu, tersenyum pun mungkin aku harus membayar mahal untuk melihatnya.
Lain dengan
ibuku. Ibuku adalah sosok wanita yang anggun dengan rambut ikal sebahunya. Ibu sangat
menyukai semua hal bergaya vintage dan klasik. Ibu pernah bercerita bahwa saat
aku lahir, ibu merengek pada ayah agar nama yang dipilihkannya untukku, aku
pakai. Karena pada saat itu, ayahku berkeras memberiku nama Himala a.k.a
Himalaya. Tentu saja ibuku menolak karena ibu menyukai pantai ketimbang gunung.
Selain itu, ibu mengatakan bahwa nama itu meningatkannya akan nama himpunan di
kampusnya yang memiliki kepanjangan Himpunan Mahasiswa Lama alias kumpulan
mahasiswa yang sudah dua kali pernah gagal sidang. Juga, ibu mangatakan bahwa
himalaya mengingatkannya akan salah stu jenis ras kucing yang meski imut namun
hidungnya pesek sekali. Setelah menjelaskan itu semua pada ayah, dengan berat
hati akhirnya ayah menerima usulan nama dari ibu untukku. Monica, mengingatkan
ibu akan nama salah satu jalan di Amerika yang terdapat seorang pemain biola
cantik nan handal juga terdapat pengamen handal lainnya. Ibu sangat menyukai
musik san St. Monica adalah tempat dimana ia bisa menikmati musik saat
gadisnya.
Di Bandung,
aku memulai kehidupan yang serba baru. Aku jarang keluar rumah karena selain
tidak ada teman, aku lebih senang menulis di rumah. Bila keluar, itu untuk
keperluan kuliahku yang akan dimulai dalam satu bulan lagi. Aku akan berkuliah
di salah satu universitas negeri jurusan desain interior. Aku tidak begitu suka
menggambar, juga merancang. Tapi aku senang melihat rumah-rumah bagus yang
ayahku ciptakan. Oleh karena itu, menjadi partner ayah seperti menyenangkan. Ayahku
tentu saja senang, karena ia merasa ada teman. Kak Alven, berkuliah di jurusan
matematika. Sementara Kak Fuzi, kuliah di jurusan psikologi.
Tinggal
di rumah baru, tentu saja belum membuatku merasa begitu nyaman. Baru dua hari
tinggal di sini, aku sudah rindu dengan ombak dan pasir. Aku rindu pantai. Selain
itu, aku belum terbiasa dengan perubahan waktu disini. Dan juga harga serta
tempat umum disini. Di Bandung, semuanya serba murah dan lengkap. Hari pertama
aku tinggal disini, aku bisa langsung menemuka Dunkin Donut yang langka di
Bali. Aku juga tahu dari Kak Alven bahwa bioskop disini harganya dua kali lipat
lebih murah dari harga bioskop di Bali. Aku menerima info itu dengan hati yang
senang. namun, tetap saja aku merasa sedih karena aku tidak ada teman disini. Ingin
rasanya memiliki teman. Aku termasuk orang yang introvert, oleh karena itu aku
sulit dekat dengan orang lain. Hobi menulisku adalah sahabatku, dengan menulis
aku bisa bercerita banyak dan bebas.
Nah sobat,
cukup sekian dulu ya cerita dari Monic. Setelah hari ini, Monic akan bercerita
lagi. sampai jumpa, sobat !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar