Hello, long time no write
:’D anyway... bingung juga mau nulis
apa, sebenernya selama setengah tahun terakhir ini udah banyak banget yang mau
ditulis, dituang, diceritakan dan dibagikan, tapi berhubung terlalu banyak, aku
jadi bingung harus mulai darimana. Jadi, tulisan pertamaku di tahun 2018 akan
aku awali dengan curhat random =’D
Akhirnya,
aku resmi menjadi siswa semester akhir. Aku semester delapan sekarang. Apa saja
yang sudah aku dapatkan selama kuliah? Yang jelas banyak, banget. Aku gak mungkin
dapetin pengalaman dan ilmu seperti yang aku miliki sekarang kalo aku gak
kuliah. Thanks to you, mama and ayah,
kalian masih sanggup sekolahin aku sampe ke jenjang perguruan tinggi, melihat
background pendidikan mama dan ayah yang tidak seberuntung aku. Meskipun
begitu, aku beruntung memiliki orang tua yang visioner, menganggap kalo pendidikan tinggi itu penting. Well, bagi sebagian orang mungkin tidak,
tapi bagiku pendidikan tetaplah penting. Ilmu adalah hal yang akan selalu
berharga sepanjang masa.
Menjadi
mahasiswa tingkat akhir ternyata sulit. Setidaknya menurutku. Padahal aku sudah
tidak memiliki jadwal perkuliahan sama sekali. Pure, aku hanya fokus menulis skripsi dan ujian comprehenship. Meskipun begitu, ternyata kegiatan berpikir dan
menulis ini ternyata lebih menguras tenaga dan pastinya pikiran. Kurasa bukan
hanya aku, tapi aku benar-benar merasa lelah setelah banyak berpikir. Aku
bergadang untuk berpikir meskipun belum tentu akhirnya akan menghasilkan
sesuatu, lalu paginya aku bangun dan bersiap untuk kembali berpikir. Aku diburu
oleh waktu, meskipun sebenarnya alu bisa saja bersantai. Tapi tidak, aku tidak
ingin bersantai. Ku kira aku sudah cukup pernah mengabdi pada jurusanku
meskipun tidak terlalu banyak. Setidaknya aku sudah memiliki pengalaman
organisasi. Jadi, aku tidak memiliki alasan untuk berlama-lama lagi di kampus.
Usiaku masih sangat muda, masih banyak hal yang ingin aku jelajahi dan
kerjakan. Selain itu, aku juga tidak ingin membebani orang tuaku lebih lama
lagi, baik secara finansial ataupun bukan. Biarlah aku yang membantu mereka,
sesegera mungkin.
Aku
sudah melalui satu tahap, setidaknya begitu. Aku sudah mengikuti seminar
proposal, meskipun revisinya cukup rumit, tapi aku yakin aku masih bisa
melanjutkan penelitianku. Ini adalah maha karyaku, hasil dari rasa penasaranku,
jadi aku harus bisa menyelesaikannya. Meskipun aku tidak terlalu berminat untuk
menghasilkan penelitian yang “langka” atau “hebat”, setidaknya aku berusaha
semaksimal untuk untuk menambah hal baru di perpustakaan fakultasku. Baiklah,
aku tidak ingin membicarakan penelitianku lebih lanjut. Doakan saja semuanya
berjalan lancar.
Hmm..
apalagi yang ingin aku bahas ya? Ah, iya, ini hanya sedikit isu yang
akhir-akhir ini kembali sering aku dengar, tentang pekerjaan. Saat ini aku
merasa seperti sedang bercermin. Beberapa kali aku mendapat pertanyaan seputar
pekerjaan. Kali ini bukan hanya tentang jurusanku, tapi semua jurusan. Well, saat ini aku sedang aktif mengajar
Bahasa Inggris pada anak SMA kelas 12, tentu saja, pertanyaan ini menjadi hal
yang menghantu mereka, “kalau aku masuk jurusan ini, aku akan jadi apa?” aku
berpikir, dulu juga aku pasti begitu. Aku memang ingat aku pernah menanyakan
hal tentang pekerjaan pada guru les, orang tua, guru di sekolah, bahkan pada senior-seniorku.
Dan kini aku merasakan bagaimana perasaan mereka saat aku menanyakan hal itu
dulu, antara sebal dan maklum. Aku akan membahas apoin maklum lebih dulu.
Sebagai anak baru gede, dewasa muda, remaja tanggung, pasti bingung memikirkan
masa depan. Kalo ku ingat kembali, masa SMA itu adalah masa yang antara peduli
dan tidak peduli dengan cita-cita. Aku sendiri ketika kelas 12 tidak tahu ingin
jadi apa, yang jelas entah mengapa aku masih menyesali kenapa aku tidak ngotot
masuk kedokteran dan menjadi dokter. Baiklah, kembali ke topik. Jadi, dengan
perasaan yang seperti itu, antara bingung dan tidak, wajar saja bila di dalam
lubuk hati mereka, mereka merasa cemas terhadap masa depan mereka. Mereka ingin
mempersembahkan yang terbaik untuk orang tua mereka. Dan pekerjaan adalah salah
satunya. Semakin hebat si anak di masa depan, semakin bangga orang tuanya. Jadi
sebisa mungkin aku sabar dalam menjawab pertanyaan itu, berusaha objektif
sebaik mungkin.
Poin
sebalnya adalah... tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kecuali Allah SWT,
sang maha pencipta. Termasuk dalam urusan pekerjaan. College is about skill. You choose that major, I think you should
master the skill in that major. Singkatnya,
kamu kuliah jurusan Sastra Inggris, otomatis orang akan menganggap bahwa kamu
pinta berbahasa Inggris dan memiliki pengetahuan yang dalam mengenai Sastra
Inggris. Itulah yang akan menjadi keahlian kamu. Orang tidak akan peduli dengan
alibimu yang berkata “aku emang jurusan Sastra Inggris, tapi aku tidak bisa
bahasa Inggris.” Lantas orang akan bertanya apa yang selama ini kamu lakukan
saat kuliah? Nongkrong? Demo? Speak up is
necessary, but study is our priority.
Urusan pekerjaan itu urusan takdir. Toh banyak yang ngambil teknik atau
bahkan sains tapi kerjanya di perbankan. Gak nyambung kan? Lantas akan kamu
sebut apa itu selain takdir? Jadi saat ini, yang paling penting adalah belajar.
Belajar bisa dimana pun, kapan pun, dari siapa pun dan tentang apapun. Semakin
banyak belajar, semakin banyak tahu dan banyak pengalaman, karena guru yang
sebenarnya adalah pengalaman. Orang cenderung akan berubah setelah ia mendapat
pengalaman. Oleh karena itu pengalaman sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Semakin baik pengalamannya, semakin mampu ia untuk mengubah lingkungan sekitarnya
dengan hal-hal yang baik pula. Hmm.. aku jadi mikir inilah alasan kenapa orang
berpengalaman selalu yang lebih dulu dipilih dalam segala hal. Tapi tenang,
kalaupun kita belum punya pengalaman akan sesuatu, maka jangan takut untuk
belajar untuk memiliki pengalaman tersebut.
Kembali
lagi ke kehidupan perkuliahanku. Mungkin ini hanya di kampusku, aku tidak tahu
pasti, maafkan kalau aku salah. Tapi di kampusku mahasiswa di kelas tidak di
acak lagi susnannya. Setiap kelas di setiap angkatan akan terus bersama-sama
selama kurang lebih empat tahun. Dan hampir empat tahun ini aku selalu bersama
teman-temanku yang baik dan menyenangkan, Absurdism. Hampir setengah tahun ini
kita jarang sekali berdiskusi atau ribut di kelas, dan aku sangat merindukan
hal itu. Jarang kita memiliki pemahaman yang sama terhadap sesuatu, oleh karena
itu tidak heran kalau ada saja yang keluar atau menghindari forum daripada
terjadi clash di antara sesama warga
Absurdism. Tapi percayalah kamerad, aku sangat menikmati dan mensyukuri hal itu.
Aku bahkan sering berpikir, aku tidak mungkin bisa sampai di titik ini kalau
tanpa kalian. Ya, siapa yang bisa bertahan hidup dalam kesendirian dan
kesepian, mustahil. Manusia adalah mahluk sosial. Seberapapun kesepiannya
seorang manusia, setidaknya ia pasti pernah berpapasan dan bertukar pandang
dengan seseorang di suatu tempat di suatu waktu. Itu adalah salah satu bentuk
kontak sosial, bukan? Kamu anti-sosial? Aku tidak percaya. Kau sedang berbicara
denganku di tulisan ini saat ini.
Bagaimanapun, tulisan ini aku dedikasikan untuk teman-temanku yang baik.
Untuk orang-orang yang telah ikut campur tangan dalam kehidupanku hingga
menciptakan aku yang sekarang, percayalah, kalian berpengaruh meskipun sedikit
banyak tetaplah aku yang menentukan bagaimana aku harus bersikap dan bertindak.
Aku mungkin pernah dan masih tidak menyukai diriku dalam beberapa hal, tapi aku
lebih sering berpikir bahwa aku harus menjadi orang yang mencintai diriku
sendiri dibandingkan orang lain yang melakukannya. Aku percaya diriku. Aku
mampu. Aku adalah aku yang paling tahu semua hal tentang diriku, selain
Tuhanku.